Dampak Gelombang Varian Delta: Aktivitas Pabrik di Asia Alami Masa Sulit, Bagaimana dengan Indonesia?

2 Agustus 2021, 14:18 WIB
Pabrik-pabrik di Asia mengalami masa sulit karena kenaikan biaya input dan gelombang baru infeksi virus Covid-19. /Toru Hanai/REUTERS

PR BEKASI - Pabrik-pabrik di Asia mengalami masa sulit pada Juli karena kenaikan biaya input dan gelombang baru infeksi virus Covid-19 yang membayangi permintaan global solid, dan menyoroti sifat rapuh dari pemulihan kawasan tersebut.

Selain itu, aktivitas manufaktur juga meningkat di kekuatan ekspor Jepang dan Korea Selatan.

Meskipun perusahaan menderita gangguan rantai pasokan dan kekurangan bahan baku yang telah mendorong kenaikan biaya.

Baca Juga: Diduga Pernah Terpapar Covid-19 Varian Delta, Raffi Ahmad: Tapi Cuma Dua Hari Rasain Gejalanya

"Bukti anekdot menunjukkan kebangkitan kasus Covid-19 di seluruh Asia dan gangguan rantai pasokan yang sedang berlangsung telah menyebabkan pelonggaran permintaan di pasar domestik dan eksternal," kata Usamah Bhatti selaku ekonom di IHS Markit, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Selasa, 2 Agustus 2021.

Sementara pertumbuhan aktivitas pabrik China merosot tajam pada Juli karena permintaan berkontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun.

Sebuah survei swasta menunjukkan secara luas sejalan dengan survei resmi yang dirilis pada Sabtu menunjukkan perlambatan pada aktivitas pabrik.

Selain itu, survei swasta juga menunjukkan bahwa Indonesia, Vietnam dan Malaysia melihat aktivitas pabrik menyusut pada Juli karena kebangkitan infeksi dan pembatasan Covid-19 yang lebih ketat.

Baca Juga: WHO Sebut Covid-19 Varian Delta Dapat Jadi Dominan dalam Beberapa Bulan Kedepan

Survei juga menyoroti perbedaan yang muncul di seluruh ekonomi global pada laju pemulihan dari ketegangan yang disebabkan oleh pandemi.

Hal itu menyebabkan Dana Moneter Internasional menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun ini untuk negara berkembang di Asia.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Caixin/Markit Manufacturing China turun menjadi 50,3 pada Juli dari 51,3 pada Juni, menandai level terendah dalam 15 bulan, karena kenaikan biaya mengaburkan prospek pusat manufaktur dunia.

Final au Jibun Bank Japan PMI naik menjadi 53,0 di bulan Juli dari 52,4 di bulan sebelumnya, meskipun produsen melihat harga input naik pada laju tercepat sejak 2008.

Baca Juga: Kenali Gejala Covid-19 Varian Delta yang Diklaim Paling Berbahaya, Mirip Gejala Flu Pada Umumnya

Jepang juga menghadapi lonjakan kasus varian Delta yang memaksa pemerintah untuk memperluas pembatasan keadaan darurat ke wilayah yang lebih luas hingga 31 Agustus.

Hal itu membayangi Olimpiade Tokyo 2020 dan menghancurkan harapan untuk rebound tajam pada pertumbuhan Juli-September.

PMI Korea Selatan berdiri di 53,0 pada bulan Juli, bertahan di atas angka 50 yang menunjukkan ekspansi aktivitas untuk 10 bulan berturut-turut.

Tetapi sub-indeks pada harga input naik pada rekor tertinggi kedua sebagai tanda ketegangan yang dirasakan perusahaan dari kenaikan biaya bahan baku.

Baca Juga: Covid-19 Varian Delta Mendominasi Dunia, Kasus Kematian di AS Melonjak Tajam

Menggarisbawahi ketegangan pandemi di negara berkembang di Asia, PMI Indonesia turun ke 40,1 pada Juli dari 53,5 pada Juni.

Aktivitas manufaktur juga menyusut di Vietnam dan Malaysia, survei PMI Juli menunjukkan.

Setelah dilihat sebagai pendorong pertumbuhan global, negara-negara berkembang Asia tertinggal dari ekonomi maju dalam pemulihan dari penderitaan pandemi karena penundaan peluncuran vaksin merugikan permintaan domestik dan negara-negara yang bergantung pada pariwisata.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler