Media Asing Soroti Vaksin di Indonesia dan Filipina, Upaya Dapatkan Kembali Suntikan Vaksin Covid-19

17 Agustus 2021, 11:07 WIB
Indonesia dan Filipina yang berupaya mendapatkan kembali suntikan vaksin Covid-19 untuk warganya. /Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana

 

PR BEKASI - Media asing kembali menyoroti perkembangan vaksin Covid-19 di Indonesia dan Filipina.

Di mana Indonesia dan Filipina yang berupaya mendapatkan kembali suntikan vaksin Covid-19 untuk warganya.

Seorang penjual produk kecantikan di Filipina Joy Pultam mengatakan bahwa dia tidak bisa menghadiri pemakaman ibu mertuanya karena Covid-19.

“Sulit bagi saya untuk menerima apa yang terjadi karena saya memperlakukannya sebagai ibu saya,” kata Pultam, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari CNA pada Selasa, 17 Agustus 2021.

Baca Juga: Media Asing Soroti Orang Tua di Indonesia, Berduka Lantaran Kehilangan Anak-anaknya Akibat Covid-19

"Aku benar-benar merasa seperti kehilangan ibuku," katanya.

Filipina merupakan negara terpadat kedua di Asia Tenggara dengan jumlah 109 juta jiwa yang menerima vaksin pertama pada 28 Februari, terdiri dari 600.000 dosis vaksin Sinovac yang disumbangkan oleh China.

Lebih dari 30.000 orang di Filipina telah meninggal karena Covid-19, dengan sekitar 11 persen dari populasi divaksinasi sepenuhnya sejauh ini.

Demikian pula dengan Indonesia, yang telah menghadapi rintangan dalam mendapatkan vaksin yang cukup untuk dikirim ke 270 juta penduduknya.

Sejauh ini, 10 persen populasi di Indonesia telah divaksinasi penuh dan telah mencatat 118.000 kematian.

Baca Juga: Media Asing Soroti Kebijakan Jokowi Soal Penanganan Covid-19, Indonesia Harus Capai Keseimbangan

Secara total, dari kedua negara tersebut telah mencatat lebih dari 5 juta kasus infeksi Covid-19.

Akses yang tidak merata pada vaksin Covid-19 di seluruh dunia sangat mencolok, mengingat beberapa negara kaya telah memvaksinasi sebagian besar populasi mereka.

“Banyak negara berkembang tidak memiliki kapasitas yang sama untuk menyediakan dana tersebut. Itu sebabnya mereka juga tidak memiliki akses yang sama terhadap vaksin,” kata Ardhitya Eduard Yeremia selaku dosen hubungan internasional Universitas Indonesia.

“Negosiasi vaksin bukanlah proses yang mudah. Dan tidak banyak produsen vaksin dari negara maju yang memberikan respon yang baik kepada Indonesia,” katanya.

Fasilitas Covax yang didirikan tahun lalu untuk memastikan akses global yang adil pada vaksin Covid-19 telah berjalan di beberapa negara, termasuk Indonesia dan Filipina yang terdaftar untuk menerima vaksin.

Baca Juga: Media Asing Soroti Tingginya Angka Kasus kematian Ibu Hamil di Indonesia Akibat Covid-19

Namun, tampaknya fasilitas tersebut masih berjuang untuk mendapatkan dosis yang cukup, terutama pada hari-hari awal peluncuran.

Sementara di India yang telah menghadapi kebangkitan Covid-19 pada April karena varian Delta, pemerintahnya membatasi untuk ekspor vaksin.

“Pada April, kita seharusnya memiliki sekitar 15 juta stok vaksin yang beredar. Tapi tidak ada kiriman lagi dari Covax,” kata Siti Nadia Tarmizi selaku Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan RI.

Sedangkan Untuk Filipina terkait masalah akses tersebut disebabkan oleh beberapa penundaan dari pihaknya sendiri.

Baca Juga: Media Asing Soroti Surplus Perdagangan Indonesia, Ekonom Prediksi Surplus Naik Rp32 Triliun pada Juli 2021

“Filipina awalnya ragu-ragu untuk menegosiasikan perjanjian pembelian dengan perusahaan farmasi. Pertama, menghindari penandatanganan perjanjian kerahasiaan dengan perusahaan-perusahaan ini,” kata Andrea Chloe Wong-Jung selaku mantan spesialis peneliti senior di Departemen Luar Negeri Filipina.

“Kedua, menghindari melindungi perusahaan farmasi dari kewajiban apa pun. Ketiga, ada undang-undang Filipina yang mencegah pemerintah melakukan pembayaran di muka atas pesanan,” katanya.

Dia juga menambahkan bahwa Filipina akhirnya memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk mengamankan vaksin.

Tetapi pada saat itu, negara-negara lain yang berada di depan dalam antrian, sementara Filipina diturunkan ke bagian bawah daftar prioritas perusahaan farmasi.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: CNA

Tags

Terkini

Terpopuler