PR BEKASI - Aktivis perempuan berkebangsaan Pakistan Malala Yousafzai mendesak pemimpin di dunia untuk bantu menyuarakan hak-hak perempuan usai Taliban kembali berkuasa.
Sebagaimana diketahui, kelompok Taliban berhasil mengambil alih pemerintahan Afghanistan pada 15 Agustus 2021 lalu.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani diketahui telah melarikan diri terlebih dahulu sebelum Taliban menduduki ibu kota Afghanistan, Kabul.
Baca Juga: Jurnalis Perempuan AS Ditodong Senapan AK-47 oleh Taliban saat Liputan di Afghanistan
Malala Yousafzai mengaku khawatir dengan hak-hak perempuan dan kaum minoritas usai Taliban kembali berkuasa.
"Saya sangat khawatir dengan hak-hak perempuan dan kaum minoritas setelah Taliban ambil alih pemerintahan Afghanistan," tutur Malala Yousafzai, seperti dilihat Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Independent pada Jumat, 20 Agustus 2021.
Atas dasar tersebut, pemenang Nobel Perdamaian ini meminta para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan untuk melindungi pengungsi dan warga lokal.
Baca Juga: Gunakan Pesawat TNI AU, 26 WNI Berhasil Dievakuasi dari Afghanistan
"Pemimpin tingkat global, regional, maupun lokal harus segera mengambil tindakan dalam rangka melindungi pengungsi dan warga lokal," ujar Malala Yousafzai.
Untuk informasi, Malala Yousafzai punya kenangan buruk dengan Taliban, yakni ditembak oleh kelompok Taliban.
Pada tahun 2012 lalu, Malala yang sedang berusia 15 tahun ditembak oleh seorang Taliban saat perjalanan pulang ke rumah setelah mengikuti ujian.
Baca Juga: Facebook, Twitter, dan LinkedIn Amankan Akun Warga Afghanistan dari Buruan Kelompok Taliban
Sebuah peluru dilaporkan telah bersarang di kepalanya akibat serangan dari Taliban tersebut.
Malala Yousafzai kemudian dilaporkan menjalani perawatan di Rumah Sakit Queen Elizabeth, Inggris.
Pasalnya, Malala diketahui merupakan seorang aktivis perempuan yang vokal menyuarakan pendidikan untuk perempuan.
Taliban diduga melakukan penyerangan kepada Malala karena tidak senang dengan aksi Malala yang menyuarakan hak-hak perempuan.***