Sekutu ISIS Tewaskan 30 Warga Desa di Kongo, Kelompok HAM: Benar-benar Kacau, Orang-orang Berlarian

8 September 2021, 08:52 WIB
Kelompok militan AFD yang bersekutu dengan ISIS tewaskan 30 orang di Republik Demokratik Kongo timur tepatnya di Desa Makutano pada Sabtu, 4 September 2021. /REUTERS

PR BEKASI - Puluhan warga desa di Republik Demokratik Kongo timur di Afrika tewas terbunuh oleh serangan kelompok militan setempat.

Kelompok militan yang merupakan bekas anggota Tentara Demokratik Bersatu (AFD) menyerang warga di Desa Makutano pada Sabtu, 4 September 2021.

Sekutu ISIS yang terbentuk di Kongo dan Uganda ini menyerang warga Desa Makutano dengan bersenjatakan golok, tongkat, dan pentungan, kata pejabat dan saksi mata.

Baca Juga: Varian Covid-19 Kongo Ditemukan di Mojokerto, Dinkes: Awalnya dari Sekelompok WNI Pulang Dinas dari Afrika 

Hingga saat ini, belum ada pelaku yang mengeklaim serangan tersebut karena AFD jarang mengeluarkan pernyataan secara terbuka.

Menanggapi serangan membabi buta yang dilakukan AFD, juru bicara militer Kongo mengatakan pasukannya saat ini sedang menyisir lokasi penyerangan di Desa Makutano.

"Sambil menunggu langkah-langkah yang akan dijalankan selanjutnya," ucap jubir militer Kongo.

Pihak berwenang Kongo beserta kelompok-kelompok pembela HAM sebelumnya menuduh ADF telah membunuh ratusan warga sipil dalam serangkaian serangan.

Baca Juga: Menentang Keras ISIS, Ulama Senior Kongo Dibunuh saat Pimpin Salat Tarawih 

Tindakan itu diduga merupakan aksi balas dendam terhadap serangan yang dialami kelompok AFD yang dilakukan oleh pasukan pemerintah sejak akhir 2019.

Sebelumnya, pada Sabtu 4 September 2021, sekelompok orang bersenjata yang diduga berasal dari anggota Tentara Demokratik Bersatu (AFD) menyerbu Desa Makutano, kata beberapa pejabat Kongo kepada Reuters.

Desa Makutano merupakan salah satu desa yang terletak di utara Kota Ocha di Provinsi Kivu Utara.

Seorang warga desa bernama Melielo Omeonga mengatakan, ia dibangunkan oleh putranya ketika penyerbuan membabi buta itu terjadi.

Baca Juga: [Hoaks atau Fakta] Benarkah Penemuan Gunung Emas di Kongo sebagai Tanda-tanda Kiamat? 

Putranya juga menjadi salah satu korban jiwa dalam serangan yang dilakukan AFD.

"Benar-benar kacau. Orang-orang berlarian ke berbagai penjuru," kata Christophe Munyanderu dari kelompok Kongo pembela hak asasi manusia, Convention for the Respect of Human Rights.

Terkait serangan tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap bahwa serangan tersebut sebagai kejahatan perang.

Pada Mei 2021, pemerintah Republik Demokratik Kongo telah menyatakan situasi darurat militer di dua provinsi bagian timur.

Baca Juga: Anggota TNI Tewas dalam Serangan di Kongo, DK PBB Desak Pelaku Segera Diseret ke Meja Hijau 

Status tersebut diberlakukan sebagai upaya untuk mengakhiri situasi tak aman yang telah mencengkeram daerah yang kaya akan mineral itu, sejak perang saudara berakhir pada 2013.

Namun, pertumpahan darah masih saja terjadi. PBB pada Agustus telah mengirim belasan tentara khusus ke daerah itu untuk menilai kemampuan militer Kongo dalam membasmi serangan terorisme.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler