Perbatasan China-Korut Ditutup, Warga Korea Utara Teriak Kekurangan Gizi karena Menipisnya Stok Makanan Ini

14 September 2021, 16:23 WIB
Warga Korea Utara mulai teriak kekurangan gizi setelah sejumlah bahan pangan mulai alami krisis, salah satunya minyak kedelai. Hal itu imbas dari penutupan perbatasan China-Korut. /Daily NK/Rodong Sinmun/Daily NK

PR BEKASI - Korea Utara mulai alami krisis setelah kehilangan pemasokan bahan makanan impor terutama minyak kedelai imbas dari penutupan perbatasan antara China-Korut.

Dengan persediaan bahan makanan seperti minyak goreng yang terbatas, kini semakin banyak warga Korea Utara yang mengeluhkan masalah kesehatan akibat kekurangan gizi.

Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Daily NK pada Selasa, 14 September 2021, seorang sumber di Korea Utara mengatakan dengan adanya penutupan perbatasan yang semakin berlarut-larut, kini tidak ada bahan makanan impor dari China atau Asia Tenggara di pasar.

Baca Juga: Kim Jong Un Ultimatum Remaja Korut yang Pakai Kata 'Oppa', Bisa Dipenjara hingga Hukuman Mati 

"Banyak orang belum mencicipi minyak selama lebih dari setahun karena hampir tidak ada minyak kedelai yang masuk," katanya.

Sebelum penutupan perbatasan, minyak kedelai China dijual sekitar KPW 10.000 per kilogram di pasar Korea Utara.

Namun, baru-baru ini dilaporkan dijual lebih dari KPW 30.000, tiga kali lipat dari harga sebelumnya.

Dengan menghilangnya minyak yang terlalu mahal ini, hampir tidak mungkin untuk membeli minyak goreng impor di pasar.

Baca Juga: Mengeluh Saat Diberi Tugas Membuat Gudang Beras Bagi Warga kelaparan, Pejabat Korut Dihukum Mati Kim Jong Un 

Hal itu menjadikan penduduk setempat menghadapi kesulitan ekonomi yang memburuk sehingga banyak orang tidak bisa makan daging dan bahkan sekarang kekurangan minyak goreng.

Dampaknya semakin banyak orang yang menderita masalah kesehatan seperti lesu dan penglihatan yang buruk.

Dihadapkan dengan meningkatnya ketidakpuasan publik atas kelangkaan bahan makanan impor dan kenaikan harga, pihak berwenang Korea Utara dilaporkan mengeluarkan perintah bagi setiap wilayah untuk memproduksi minyak goreng, termasuk minyak kedelai.

Menanggapi perintah tersebut, partai-partai daerah dan komite rakyat dilaporkan telah merumuskan rencana untuk membudidayakan kedelai dan bunga matahari untuk memproduksi dan memasok minyak goreng produksi dalam negeri.

Baca Juga: Tak Ikut Berdiri dan Tepuk Tangan untuk Kim Jong Un, Nasib Menteri Pertahanan Korut Dipertanyakan 

Pada April lalu, komite partai Kabupaten Kapsan, Provinsi Yanggang, memerintahkan penduduk setempat untuk menyerahkan lahan kecil pribadi mereka untuk produksi kedelai.

Konsekuensinya penduduk akan memberi mereka minyak kedelai.

Dengan kekurangan bahan makanan impor yang memburuk secara nasional, daerah-daerah di seluruh negeri tampaknya berusaha untuk memproduksi persediaan bahan makanan sendiri.

Namun, inisiatif lokal ini kemungkinan akan lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. 

Alasannya karena daerah pegunungan Korea Utara menyediakan sedikit lahan subur dan dengan persediaan pertanian yang semakin terbatas.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Istri Jual Suami Gegara Malas hingga Nasib Pejabat Korut Enggan Tepuk Tangan ke Kim Jong Un

Alhasil bagi masyarakat yang ingin membudidayakan tanaman baru kemungkinan mengalami kesulitan.

"Kalau ada lahan untuk ditanami, Anda menanam bahan pokok seperti padi atau kentang, bukan tanaman untuk minyak. Sangat tidak efektif menanam bunga matahari atau kedelai untuk mendapatkan minyak," lanjut sumber tersebut.

"Masalahnya akan teratasi jika Anda mencabut penutupan perbatasan dan mengizinkan perdagangan seperti dulu. Saya tidak mengerti mengapa mereka terus memperburuk masalah," lanjutnya.

"Akan ada semakin banyak keluarga yang kekurangan makanan, tetapi ada juga yang semakin banyak orang hampir tidak bisa mencukupi bahan makanan, sehingga semakin banyak orang juga yang kekurangan gizi," tambahnya.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Daily NK

Tags

Terkini

Terpopuler