PR BEKASI - Bagaimana nasib Afghanistan yang kini sudah satu bulan dikuasai Taliban?
Seperti yang diketahui, Taliban kembali mengambil alih Afghanistan setelah digulingkan pasukan Amerika Serikat (AS) pada 2001 silam.
Sejak berkuasa, Taliban sudah melakukan serangkaian tindakan terkait Afghanistan yang menuai perhatian dunia.
Baca Juga: Profil dan Fakta Abdul Ghani Baradar, Pendiri Taliban yang Dirumorkan Telah Tewas
Para ahli menyebut, satu bulan pertama kekuasaan Taliban merupakan awal yang baru bagi Afghanistan.
Pasalnya, menjalankan pemerintahan di sebuah negara jauh lebih sulit ketimbang berperang dengan senjata.
Kekuasaan Taliban di Afghanistan dimulai setelah serangan militer yang dilancarkannya berbuah manis.
Baca Juga: Geledah Rumah Wapres, Taliban Temukan Uang Miliaran Rupiah dan Puluhan Emas Batang di Dalam Koper
Pada 15 Agustus 2021, Taliban berhasil menduduki Afghanistan, yang kemudian disusul langkah AS untuk melakukan evakuasi.
Selama proses evakuasi, ISIS-K melancarkan beberapa ledakan yang menghantam Bandara Kabul.
Akibatnya, dunia khawatir jika Afghanistan akan menjadi sarang teroris.
Baca Juga: Taliban Diduga Keturunan Israel, Benarkah Bagian dari Suku Yahudi yang Hilang?
Sementara itu, Taliban mengklaim kelompoknya telah merebut Panjshir. Namun pasukan anti-Taliban menegaskan bahwa pertempuran mereka belum berakhir.
Tak hanya konflik bersenjata, pemerintahan sementara Afghanistan tak luput dari perhatian dunia.
Pelantikan pemerintahan sementara Afghanistan, dengan Mullah Hassan Akhund sebagai pejabat menteri, membuka lembaran baru dalam sejarah Afghanistan.
Sebagian besar negara di dunia menegaskan, jika rezim baru di Kabul menginginkan pengakuan diplomatik, maka Afghanistan tak boleh menjadi inkubator terorisme.
"Pengakuan internasional terhadap Taliban sangat penting untuk pemerintahan mereka di masa depan dan pembangunan negara," kata Li Shaoxian, direktur Institut Penelitian China-Arab di Universitas Ningxia dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari CGTN pada Selasa, 14 September 2021.
Dia menjelaskan, Afghanistan adalah negara yang sangat membutuhkan bantuan internasional.
Baca Juga: Larang Perempuan Afghanistan Jadi Menteri, Taliban: Tugas Mereka Melahirkan
"Selama 20 tahun terakhir, 80 persen pengeluaran pemerintah Afghanistan berasal dari bantuan internasional, dan 'kapasitas hematopoietik'-nya sendiri sangat lemah," tambahnya.
Setelah kembali ke panggung, Taliban kini berusaha mendorong citra baru yang lebih 'inklusif', 'terbuka', dan 'ramah' kepada media dan negara-negara di seluruh dunia.***