PR BEKASI - Kelompok Taliban harus menghadapi tantangan krisis ekonomi yang akan terjadi di Afghanistan setelah transisi kekuasaan.
Seperti yang diketahui, Taliban mengambil alih pemerintahan Afghanistan pada tanggal 15 Agustus 2021 lalu.
Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian pada Rabu, 15 September 2021, dampak dari krisis ekonomi di Afghanistan yang tidak teratasi adalah kekurangan asupan gizi untuk anak-anak.
Menurut studi yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebanyak 38 juta warga Afghanistan rentan mengalami kemiskinan di bawah kekuasaan Taliban.
Baca Juga: Begini Nasib Afghanistan Setelah Sebulan Dikuasai Taliban, Jadi Sarang Teroris?
Sebagian besar warga Afghanistan diketahui memiliki pendapatan kurang dari 2 dolar AS atau kurang dari Rp28 ribu per hari.
Studi tersebut dirilis oleh Program Pembangunan PBB (UNDP) pada bulan September 2021 ini.
Dalam skenario tersebut, sebanyak 97 persen warga Afghanistan disebutkan akan jatuh ke rentang garis kemiskinan pada tahun 2022.
Di bawah kekuasaan Taliban, persentase kemiskinan di Afghanistan tersebut meningkat sebanyak 25 persen dari sebelumnya.
Dampak dari krisis ekonomi yang tidak segera diatasi ini adalah separuh anak usia di bawah 5 tahun di Afghanistan terancam akan mengalami gizi buruk.
Pasalnya, menurut laporan tersebut, ekonomi Afghanistan bergantung pada bantuan internasional.
Sebanyak 80 persen anggaran negara telah ditutupi oleh dana internasional selama 20 tahun terakhir.
Krisis ekonomi diperparah dengan tidak ada industri besar yang muncul menciptakan lapangan kerja di Afghanistan.
Berdasarkan keterangan informasi yang diperoleh, ada beberapa faktor yang menyebabkan krisis ekonomi di Afghanistan.
Pertama, transisi otoritas ke tangan Taliban menyebabkan cadangan devisa Afghanistan membeku.
Kemudian, krisis ekonomi juga disebabkan oleh ambruknya keuangan publik dan meningkatnya tekanan pada sistem perbankan.
Adapun sejumlah faktor pendukung lain penyebab krisis ekonomi di Afghanistan adalah pandemi Covid-19, kekeringan, dan musim dingin yang akan datang.***