19 Pesawat Tempur China Masuk Zona Pertahanan Udaranya, Taiwan Siaga Perang

23 September 2021, 20:33 WIB
Taiwan siaga perang setelah China mengirimkan 19 pesawat tempur mereka ke zona pertahanan udara China. /REUTERS

 

PR BEKASI – China mengerahkan 19 pesawat tempur ke zona pertahanan udara Taiwan yang telah memicu siaga ancaman perang di negara pulau tersebut pada Kamis, 23 September 2021.

Menurut Kementerian Pertahanan Taiwan, 19 pesawat tempur China tersebut termasuk 12 pesawat tempur J-16 dan dua pesawat pengebom H-6 berkemampuan nuklir

“Situasi yang mengkhawatirkan tersebut memaksa Angkatan Udara Taiwan terbang ke langit untuk memperingatkan pesawat-pesawat China,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Kamis, 23 September 2021.

Menurut data terbaru, lebih dari 100 pesawat tempur China telah masuk ke zona pertahanan udara Taiwan sepanjang tahun ini.

Baca Juga: Lithuania Sarankan Warganya Segera Buang HP China karena Adanya Fitur Ini, Indonesia Perlukah?

Ancaman perang terbaru melintasi Selat Taiwan juga terjadi hanya beberapa hari setelah China menerbangkan sepuluh pesawat tempur melintasi wilayah tersebut.

China terus meningkatkan tekanan terhadap Taiwan dengan mengatakan mereka akan menggunakan cara apapun untuk merebut kembali negara pulau itu, termasuk dengan cara perang.

Pekan lalu, Taiwan yang dipimpin oleh pemerintahan yang demokratis itu mengumumkan peningkatan belanja militer senilai 8.7 miliar dolar atau senilai Rp124 biliun selama lima tahun ke depan.

Dorongan besar untuk anggaran pertahanan, termasuk dana untuk rudal baru, datang di belakang meningkatnya ancaman perang dengan China yang semakin meningkat.

Baca Juga: Lithuania Perkuat Keamanan Siber Usai Temukan Dugaan Sensor Bawaan dari Ponsel Buatan China

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dana tambahan itu karena ancaman perang dari musuh.

“Komunis China terus berinvestasi besar-besaran dalam anggaran pertahanan nasional, kekuatan militernya telah berkembang pesat dan telah sering mengirim pesawat dan kapal tempur untuk menyerang dan mengganggu laut dan wilayah Taiwan,” katanya.

"Dalam menghadapi ancaman musuh, Taiwan secara aktif terlibat dalam pembangunan militer dan pekerjaan persiapan, dan sangat mendesak untuk mendapatkan senjata dan peralatan produksi massal yang matang dan cepat dalam waktu singkat," tambahnya.

Taiwan dan China berpisah selama perang saudara pada tahun 1949, tetapi China terus mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri.\

Baca Juga: Filipina Dukung Sub Pakta Nuklir Australia untuk Lawan China, Jaga Keseimbangan Kekuatan Indo-Pasifik.

Partai Komunis China mengatakan Taiwan adalah bagian dari provinsi mereka dan bukan negara yang terpisah.

Cengkeraman berkelanjutan atas Taiwan oleh Presiden China, Xi Jinping telah membuat pulau itu sangat sulit untuk menjalin hubungan dengan komunitas internasional.

Pada Rabu, 22 September 2021, Taiwan mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).

Langkah itu dilakukan kurang dari seminggu setelah China mengajukan aplikasi untuk menjadi bagian dari blok perdagangan sebelas negara.

Baca Juga: Amerika Serikat Tercekik, Ternyata Banyak Ngutang ke China

Kepala negosiator perdagangan Taiwan, John Deng mengatakan Taiwan memiliki sistem yang berbeda dari China, termasuk demokrasi, supremasi hukum, undang-undang yang transparan, dan penghormatan terhadap hak milik pribadi.

Dia menambahkan tidak ada hubungan langsung antara aplikasi CPTPP Taiwan dengan China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian sejak itu menolak setiap saran Taiwan membentuk bagian dari pakta atas kemauannya sendiri.

“Kami dengan tegas menentang negara mana pun yang memiliki hubungan resmi dengan Taiwan, dan Taiwan memasuki perjanjian atau organisasi resmi apapun,” katanya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler