Picu Seruan Perang Dengan Australia, China: Kita Harus Siap untuk Serangan Nuklir Pertama

25 September 2021, 13:14 WIB
China siap untuk lakukan serangan nuklir pertama jika perang pecah dengan AS, Inggris, dan Australia. /REUTERS/Rolex Dela Pena

 

PR BEKASI – China mengatakan harus bersiap untuk melakukan serangan nuklir pertama jika perang pecah dengan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia.

Menanggapi ancaman China di Indo-Pasifik, AS, Inggris, dan Australia telah menyetujui kesepakatan kapal selam nuklir baru yang disebut AUKUS.

Ketika aliansi baru terbentuk di Pasifik melawan China, seorang diplomat senior China mengatakan negara itu harus meninggalkan kebijakan tidak senjata nuklir terlebih dahulu.

Mantan Duta Besar China untuk PBB, Sha Zukang mengatakan bahwa China harus memeriksa kembali dan menyempurnakan pendekatannya terhadap senjata nuklir.

Baca Juga: Perusahaan Game Online China Akan Lakukan 'Vermuk', Perangi Kecanduan Game Online pada Remaja

Dirinya mengatakan kebijakan tidak ada penggunaan pertama senjata nuklir harus dibatalkan karena AS membangun aliansi militer baru dan karena meningkatkan kehadiran militernya di lingkungan kami.

Sementara hanya menggunakan senjata nuklir sebagai pembalasan memberi China landasan moral yang tinggi, Sha Zukang berpendapat bahwa itu tidak cocok kecuali negosiasi China-AS setuju bahwa tidak ada pihak yang akan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu.

“Untuk beberapa waktu di masa depan, AS akan melihat China sebagai pesaing utamanya dan bahkan musuhnya,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Sabtu, 25 September 2021.

Sejak 1968, China telah mengadopsi kebijakan di mana ia hanya akan menggunakan senjata nuklir sebagai pembalasan.

Baca Juga: Indonesia Terancam, Ancaman Perang China dan Australia Berpotensi Meletus Akibat Kesepakatan AUKUS

Laporan Barat menunjukkan China, negara kelima yang mengembangkan persenjataan nuklir, memiliki persenjataan antara 250 hingga 350 rudal.

Hu Xijin, editor media pemerintah China, Global Times, mengatakan militer China harus memperbesar persenjataannya menjadi 1.000 hulu ledak.

“Kita perlu memiliki persenjataan senjata nuklir yang lebih besar untuk mengekang ambisi strategis AS dan dorongannya terhadap China,” katanya.

“Anda tidak memohon untuk hidup berdampingan secara damai antar negara, tetapi Anda membutuhkan alat strategis untuk membentuknya,” tambahnya.

Itu terjadi setelah AS, Inggris dan Australia mengumumkan AUKUS, kemitraan strategis antara tiga negara yang akan melengkapi Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir.

Baca Juga: 19 Pesawat Tempur China Masuk Zona Pertahanan Udaranya, Taiwan Siaga Perang

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan pihaknya memasuki perjanjian abadi dengan AS dan Inggris, tetapi menekankan australia tidak ingin memulai perang nuklir.

“Biar saya perjelas, Australia tidak berusaha untuk membangun industri nuklir atau membangun kemampuan nuklir sipil, dan kami akan terus memenuhi semua kewajiban non-proliferasi nuklir kami,” katanya.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson menambahkan kesepakatan itu tidak ditujukan ke China.

“Ini pada dasarnya adalah langkah maju yang bagus untuk keamanan global. Tiga sekutu yang berpikiran sama berdiri bahu membahu menciptakan kemitraan baru untuk berbagi teknologi,” katanya.

Baca Juga: Gan Wangxing, Idol Pria China Ini Diejek Banci di Tengah Larangan Pria Kemayu Tampil di TV

“Itu tidak eksklusif. Itu tidak mencoba untuk memikul siapa pun. Ini bukan permusuhan terhadap China misalnya,” tambahnya.

Global Times menambahkan bahwa tentara Australia kemungkinan akan menjadi yang pertama mati dalam serangan balik China jika perang nuklir pecah.

Pada Jumat, 24 September 2021, Presiden China, Xi Jinping mengatakan kekuatan asing seharusnya tidak diizinkan untuk ikut campur dalam urusan negara.

"Masa depan pembangunan dan kemajuan negara kita harus berada di tangan kita sendiri," katanya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler