Menyesal Pernah Bantai Warga Palestina, Mantan Tentara Israel Sebut Negaranya Penjahat Perang

6 Desember 2021, 08:12 WIB
Banyak mantan tentara Israel menyesal dan menyebut negaranya sebagai penjahat perang setelah berpartisipasi dalam pembantaian terhadap warga palestina. / /REUTERS/Siegfried Modola

PR BEKASI – Mantan anggota tentara Israel (IDF) mulai membuka suara terkait kekejaman yang dilakukan pada warga Palestina.

Mayoritas dari IDF mengaku kecewa karena telah melakukan pembantaian terhadap warga Palestina.

Salah satu mantan tentara IDF yang menyesali tindakan pembantaian tersebut adalah seorang mantan pilot Angkatan udara Israel, Yonathan Saphira.

Pria yang diberhentikan dari IDF pada 2003 lalu tersebut mengungkap pemerintah dan pemimpin militer Israel sebagai penjahat perang.

Baca Juga: Andin Diculik, Irvan Berang Bukan Kepalang pada Iqbal, Bocoran Ikatan Cinta 6 Desember 2021

"Saya menyadari selama Intifadah kedua apa yang dilakukan Angkatan Udara Israel dan militer Israel adalah kejahatan perang,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari TRT World, Senin, 6 Desember 2021.

“Kami meneror jutaan penduduk Palestina dan ketika saya menyadari itu, saya memutuskan untuk tidak pergi begitu saja, tetapi juga mengajak pilot lain secara terbuka untuk menolak ikut andil dalam kejahatan ini," ujarnya menambahkan.

Yonathan Saphira menambahkan, para tentara Israel juga menggunakan anak-anak Palestina sebagai tameng hidup pada saat menjinakkan bom.

“Penjinak bom meminta saya untuk membawa beberapa anak Palestina dari rumah mereka, lalu mereka ditempatkan di depan bom yang sedang dijinakan untuk menjadi tameng pelindung kami,” katanya.

Baca Juga: Sempat Frustasi Usai Kepergian Vanessa Angel dan Bibi Ardiansyah, Fuji: Kalau Bisa Nuker Hidup

“Saya kemudian menolak perintah tersebut, tapi penjinak bom kemudian menyindir saya sebagai keras kepala dan tidak menghormati perjuangan Israel,” ucapnya.

Kesaksian lain datang dari dari seorang tentara Israel berpangkat Sersan Satu yang bertugas dengan pasukan terjun payung Israel di Nablus, Tepi Barat yang diduduki.

Dirinya menceritakan pengalamannya saat diperintahkan atasannya untuk membobol rumah warga Palestina berkali-kali yang kemudian disesalinya hingga saat ini.

“Kami diperintahkan untuk memecahkan jendela, naik ke meja, dan mengobrak-abrik isi rumah tanpa dibersihkan kembali. Saya tidak akan memaafkan diri saya sampai kapanpun,” katanya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Mulai Ditinggalkan Teman-temannya: Pasti Menyulitkan

Gambaran yang dilukis oleh para mantan tentara Israel ini yang menentang pendirian militer Israel dan kebijakan apartheid menunjukkan keruntuhan dalam legalitas perintah, yang seringkali dibenarkan atas nama keamanan nasional Israel.

Sementara masyarakat Israel tampaknya menutup mata terhadap apa pembantaian yang dilakukan atas perjuangan negara, tentara Israel diharapkan untuk melupakan dan mengabaikan kejahatan terhadap warga Palestina setelah mereka pensiun.

Pada 13 April 2021 lalu, seorang tentara Israel bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri karena tekanan psikologis yang ekstrim akibat menyesal dan merasa berdosa setelah berpartisipasi dalam pembantaian di perang tahun 2014 di Jalur Gaza.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Nia Ramadhani Istighfar Usai Sidang hingga Kondisi Malang Usai Gunung Semeru Erupsi

Pada Maret 2020, sebuah organisasi bernama Ad Kan mengajukan petisi hukum ke Pengadilan Tinggi Israel untuk menentang pemaksaan tersebut.

Petisi yang dibuat atas nama mantan sejumlah komandan dan jenderal senior IDF tersebut telah mengumpulkan intelijen militer sensitif yang jika dipublikasikan dapat membahayakan keamanan nasional Israel.

Untuk badan hukum Palestina yang mencoba mendakwa penjahat perang Israel, keamanan nasional sering digunakan sebagai dalih untuk menghindari pengungkapan catatan militer.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: TRT

Tags

Terkini

Terpopuler