Kepanikan Dipicu Virus Corona, Warga Berbondong-bondong Beli Senjata Api

17 Maret 2020, 13:16 WIB
Ilustrasi Pistol.* /SHUTTERSTOCK/

PIKIRAN RAKYAT -  Indonesia menjadi salah satu negara yang terkonfirmasi memiliki kasus virus corona. Sejak saat itu, masyarakat panik dan mulai membeli berbagai kebutuhan untuk melindungi diri seperti masker dan hand sanitizer.

Berbeda dengan Indonesia, di Amerika Serikat, senjata api menjadi salah satu benda yang diburu masyarakat sebagai respons atas kepanikan mereka terhadap pandemi virus corona.

Beberapa toko senjata api di Amerika Serikat, terutama di California, New York, dan Washington mengalami peningkatan penjualan drastis.

Setiap harinya, toko mereka dipenuhi antrean masyarakat yang bahkan mebeludak hingga ke bahu jalan untuk membeli senjata api.

Baca Juga: Heboh Coronavirus Challenge di Tiktok, Aksi Jilat Dudukan Toilet

Banyak warga Amerika Serikat khawatir pandemi virus corona akan berlanjut ke tahap gangguan sosial sehingga mereka membeli senjata api dan senjata tajam.

Sebagaimana dilaporkan Metro, penjual senjata mengatakan, kepanikan orang-orang bermula dari ketakukan kehabisan persediaan bahan makanan. Mereka lantas takut di dalam kondisi yang belum dapat diprediksi ke depannya, pemerintah akan membuat kebijakan pembatasan pembelian senjata api.

Foto dan video yang diunggah beberapa pengguna Twitter menggambarkan antrean orang-orang di depan toko senjata untuk membeli amunisi dan senjata api.

Baca Juga: Redam Kekhawatiran Masyarakat, Polres Bekasi Minta Warga Bijak Sikapi Pandemi Virus Corona

Koresponden Amerika Serikat untuk jaringan berita Nine News, Australia, Amelia Adams bahkan mengunggah kondisi tersebut melalui akun Twitter @AmeliaAdams9.

Dia mengunggah video rekaman barisan orang-orang di depan toko senjata di Los Angeles.

Amelia Adams sempat mewawancarai beberapa pengunjung toko itu. Menurut mereka, ketakutan adalah hal yang mendorong mereka membeli senjata api di tengah pandemi virus corona.

"Takut dengan apa yang akan terjadi jika orang-orang kehabisan makanan dan persediaan dan mereka perlu melindungi keluarga mereka (menggunakan senjata)," kata Amelia Adams.

Seorang pengguna Twitter kemudian menanggapi laporan Amelia Adams tersebut. Dia mengucap syukur atas hukum negaranya tentang larangan pembelian senjata tajam.

Baca Juga: Paranormal Klaim Prediksi Pandemi Virus Corona Sejak 2018, Bicara Soal Akhir Dunia dan Optimisme

"Saya tidak pernah lebih bersyukur atas hukum ketat tentang senjata yang dibuat oleh negara saya," komentarnya.

Di California, antrean panjang di depan toko senjata Martin B. Retting di Culver City juga mengular pada Sabtu dan Minggu akhir pekan lalu.

John Gore (39) warga sipil yang ikut mengantre di depan toko senjata itu mengatakan kepada LA Times bahwa para elite politik tidak menganjurkan membeli senjata, tapi dia takut akan sitausi saat ini.

"Politisi dan orang-orang antisenjata telah memberitahu kami dari dulu bahwa kami tidak membutuhkan senjata tajam. Tapi saat ini, banyak orang yang benar-benar takut dan mereka dapat membuat keputusan (membeli senjata api)," kata John Gore.

Baca Juga: Amerika Serikat Akan Uji Coba Vaksin Antivirus Corona kepada Manusia

Menurut laporan CBSN, penjualan senjata juga meroket di San Gabriel Valley. Kawasan itu merupakan area domisili orang-orang keturunan Asia-Amerika. Mereka mungkin saja khawatir akan menjadi sasaran serangan rasial akibat mewabahnya virus corona sehingga senjata dibeli demi melindungi diri.

David Liu, pemilik Arcadia Firearm and Safety di San Gabriel Valley mengatakan,dia khawatir sehingga baru-baru ini dia juga membeli senjata api untuk dipegang sang istri.

Salah satu pelanggan, Daniel Lim mengatakan, dia ingin keluarganya bisa melindungi diri karena mengkhawatirkan krisis keuangan potensial yang disebabkan oleh virus corona dapat memicu kekacauan di Amerika Serikat.

Situs web yang menjual amunisi di Amerika Serikat juga mengalami peningkatan penjualan baru-baru ini.

Ammo.com mengatakan kepada LA Times bahwa sejak 23 Februari hingga 4 Maret 2020, transaksi meningkat 68 persen dibandingkan 11 hari sebelum 23 Februari, ketika Italia melaporkan kasus merebaknya virus corona.

Jumlah kasus virus corona di Amerika Serikat naik menjadi lebih dari 3.100 di 49 negara bagian pada Minggu 15 Maret 2020.

Pejabat negara bagian dan lokal di seluruh negara telah mulai memberlakukan tindakan yang lebih keras untuk mencoba memperlambat penyebaran melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang merekomendasikan tidak ada pertemuan massal dengan 50 orang atau lebih, termasuk pernikahan, festival, parade, konser, acara olah raga atau konferensi selama delapan pekan ke depan.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Metro.co.uk

Tags

Terkini

Terpopuler