Gorila yang Terancam Punah Berisiko Terkena Virus Corona

28 Maret 2020, 15:16 WIB
Gorila Gunung di Afrika Timur /wwf.org.uk

PIKIRAN RAKYAT - Gorila yang terancam punah di Afrika berisiko terkena virus corona, menurut para pakar konservasi.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Independent Sabtu, 28 Maret 2020 Taman Nasional Virunga Kongo, yang merupakan rumah bagi sekitar sepertiga dari gorila gunung di dunia, melarang pengunjung hingga 1 Juni 2020 mendatang.

Hal ini disarankan dari para pakar ilmiah yang menunjukkan bahwa primata, termasuk gorila gunung, kemungkinan rentan terhadap komplikasi yang timbul dari virus corona.

Baca Juga: Warga Komplek di Bekasi Terapkan Protokol pada Setiap Pendatang, Harus Lewati Bilik Disinfektan

Sekitar 23.335 orang telah meninggal karena virus corona dan lebih dari setengah juta kasus sekarang dikonfirmasi di seluruh dunia, menurut PBB.

Negara-negara yang bertetangga dengan Rwanda juga menghentikan sementara kegiatan pariwisata dan penelitian di 3 taman nasional yang merupakan rumah bagi primata seperti gorila dan simpanse.

Sekitar 1.000 gorila gunung hidup di kawasan lindung di Kongo, Uganda, dan Rwanda.

Baca Juga: Aksi 'Baby Shark' Polisi Sebagai Ungkapan Terima Kasih Kepada Warga yang Lakukan Social Distancing

Kawasan tersebut merupakan tempat pariwisata merupakan sumber pendapatan penting.

Langkah-langkah restriktif dilakukan setelah pandemi virus corona.

Dalam sebuah surat yang diterbitkan pada beberapa waktu lali di jurnal Nature, Thomas R Gillespie dan Fabian H Leendertz dari konsorsium Great Ape Health, memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh virus corona bisa juga membunuh spesies "kerabat dekat kita".

Baca Juga: Skenario Terburuk dari Virus Corona, Bandara Birmingham Diubah Jadi Kamar Mayat Raksasa

“Tidak diketahui apakah morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan SARS-CoV-2 pada manusia serupa pada kera. Namun, penularan patogen manusia bahkan menular ke kera dapat mengarah pada hasil sedang hingga parah,” terang jurnal tersebut.

Mereka merekomendasikan agar pariwisata ditunda dan penelitian lapangan dikurangi.

Keputusan Taman Nasional Virunga disambut baik oleh para konservasionis di wilayah tersebut.

Baca Juga: Korea Selatan Prioritaskan Ekspor Tes Kit Virus Corona untuk Indonesia, AS, dan UEA

Paula Kahumbu Kepala Eksekutif Kelompok Konservasi yang berbasis di Kenya WildlifeDirect, mengatakan kepada Associated Press bahwa "setiap upaya yang mungkin harus dilakukan" untuk melindungi gorila gunung karena hanya sedikit yang tersisa di alam.

"Kita tahu bahwa gorila sangat sensitif terhadap penyakit manusia. Jika ada yang terserang flu, mereka tidak diizinkan pergi dan melihat gorila," ujarnya.

"Dengan virus corona yang dapat bertahan dalam waktu yang lama serta tanpa gejala dalam beberapa kasus, itu berarti bahwa kita benar-benar bisa membahayakan gorila itu," ungkapnya.

Baca Juga: Negara Buat Aturan Physical Distancing, Pelanggar Bisa Didenda Rp 100 Juta Lebih

Bahkan tindakan yang ada mungkin tidak cukup untuk melindunginya.

Sementara itu, menurut konservasionis Uganda Gladys Kalema-Zikusoka dengan Conservation Through Public Health, sebuah penelitian yang diterbitkan tahun ini oleh kelompoknya dan Universitas Ohio menunjukkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan untuk melindungi gorila dari manusia tidak efektif dalam praktiknya.

Uganda belum mengumumkan penutupan pariwisata gorila, meskipun lalu lintas turis dari Eropa dan tempat lain telah berkurang.

Baca Juga: Malam Ini 33 Kota di Indonesia Ikuti Aksi Earth Hour 2020 Ditengah Pandemi Virus Corona

Populasi gorila gunung di kawasan ini menurun tajam pada abad yang lalu karena perburuan, penyakit, dan perambahan manusia.

Gorila gunung telah terdaftar sebagai spesies yang hampir punah sejak tahun 1996, meskipun jumlah mereka saat ini dikatakan bertambah sebagai hasil dari upaya konservasi.

Di Rwanda, dimana pariwisata adalah penghasil devisa teratas, pemerintah telah memprioritaskan perlindungan gorila, bahkan meluncurkan upacara penamaan untuk bayi primata.

Baca Juga: Kominfo Luncurkan 'PeduliLindungi', Aplikasi Pelacak Pasien Virus Corona

Beberapa khawatir hilangnya pendapatan wisatawan selama pandemi virus corona selanjutnya dapat mengekspos primata untuk pemburu.

Taman Nasional Virunga, didirikan pada tahun 1925 sebagai taman nasional pertama Afrika dan sekarang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, telah lama menjadi rentan di bagian volatile Kongo timur.

“Saya pikir ini akan memiliki dampak besar pada keberlanjutan mereka,” ungkap Kahumbu Ahli Konservasi Kenya tentang Virunga.

Baca Juga: Direktur Utama Rumah Sakit Diculik di Tengah Pandemi Virus Coro

"Saya meminta pemerintah yang mendukung taman nasional ini di Afrika untuk membuatnya mudah bagi pihak pengelola taman yang perlu ditutup demi membuat spesies itu bertahan hidup," pungkasnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Independent

Tags

Terkini

Terpopuler