Terombang-ambing di Tengah Laut, Puluhan Warga Rohingya Tewas di Atas Perahu

17 April 2020, 08:28 WIB
KAPAL yang digunakan warga muslim Rohingya yang tewas di tengah laut.* /Antara/

PIKIRAN RAKYAT - Setelah terombang-ambing selama berminggu minggu di atas kapal, sedikitnya dua puluh warga Rohingya meninggal dunia setelah gagal mencapai Malaysia.

Menurut petugas penjaga pantai Bangladesh, terdapat 382 orang yang kelaparan dan diselamatkan dari kapal serta selanjutnya akan dipulangkan ke Myanmar.

Dilansir dari Antara oleh Pikiranrakyat-bekasi.com, sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan mereka yakin ada lebih banyak kapal yang mengangkut warga Rohingya, kelompok minoritas Muslim dari Myanmar, yang berada di tengah laut.

Hal itu lantaran karena adanya karantina wilayah akibat pandemi virus corona di Malaysia dan Thailand yang mempersulit mereka untuk untuk mencari perlindungan.

Baca Juga: Kisah Ika Dewi Maharani, Relawan Inspiratif di Balik Ambulans BNPB untuk Pasien Covid-19 

Penjaga pantai Bangladesh mengatakan kapal itu ditarik ke pantai pada Rabu, 15 April 2020 malam.

"Mereka berada di laut selama sekitar dua bulan dan kelaparan," katanya.

Rekaman video menunjukkan kerumunan yang berada di kapal tersebut sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, beberapa di antaranya tubuhnya setipis tongkat dan tidak mampu berdiri.

Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar yang mayoritas beragama Buddha dan mereka mengeluhkan penganiayaan.

Baca Juga: Hindari Asumsi Konflik Kepentingan, Belva Devara Siap Mundur dari Stafsus Milenial Jokowi 

Namun, Myanmar membantah menganiaya Rohingya dan mengatakan bahwa mereka bukan kelompok etnis asli tetapi merupakan pendatang dari Asia Selatan.

Lebih dari satu juta warga Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh selatan.
Sementara, mayoritas telah diusir dari rumah mereka di Myanmar setelah penumpasan militer pada tahun 2017 yang dikatakan tentara sebagai respons terhadap serangan oleh pemberontak Rohingya.

Selama bertahun-tahun, warga Rohingya telah menggunakan kapal yang dioperasikan oleh penyelundup dengan harapan menemukan tempat perlindungan di Asia Tenggara.

Perjalanan biasanya berlangsung pada musim kemarau, antara November dan Maret, ketika laut tenang.

Baca Juga: Viral Pria Sumpahi Tenaga Medis Kena Corona, Akhirnya Diringkus Polisi 

Kelompok-kelompok hak asasi manusia khawatir karantina wilayah sebagai tanggapan terhadap virus corona dapat menyebabkan terulangnya krisis pada 2015, ketika kerusuhan oleh Thailand mengakibatkan penyelundupan manusia melalui laut di atas kapal-kapal yang reyot.

Direktur Arakan Project, Chris Lewa yakin bahwa ada beberapa kapal lagi yang akan terdampar.

"Rohingya mungkin menghadapi perbatasan tertutup yang didukung oleh narasi xenophobia," katanya.

"COVID-19 tidak dapat digunakan untuk menolak akses masuk bagi para pengungsi yang putus asa dalam kesusahan. Krisis maritim lain di Laut Andaman seperti pada 2015 tidak dapat diterima,” ucapnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler