Jurnalis yang Hilang Secara 'Misterius' Ditemukan Tewas di Tepi Sungai

3 Mei 2020, 03:55 WIB
ILUSTRASI jurnalis.* /The Guardian/

PIKIRAN RAKYAT - Seorang jurnalis Pakistan yang tinggal di pengasingan di Swedia dan menghilang sejak Maret lalu, ditemukan sudah tak bernyawa di tepian sungai.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari situs The Guardian, pada Sabtu, 2 Mei 2020, Sajid Hussain, menjadi tahanan politik di Swedia sejak tahun 2019 setelah melarikan diri dari Pakistan. Ia dikabarkan telah menghilang sejak 2 Maret 2020.

Dia terakhir kali terlihat naik kereta ke Uppsala, sebuah kota berjarak 56 kilometer di utara Stockholm, Swedia.

"Mayatnya ditemukan pada 23 April 2020 di sungai Fyris di luar Uppsala," kata Jonas Eronen, juru bicara kepolisian.

Baca Juga: Tak Kunjung Dapat Jodoh, Pemuka Agama Pilih Adopsi 5 Anak Sekaligus 

Hussain tinggal dengan seorang karibnya, Abdul Malik, di Stockholm sebelum dia hilang.

Malik mengatakan Hussain dalam suasana hati yang baik sebelum berangkat ke Uppsala pada 2 Maret 2020.

Istrinya, Shahnaz Baloch, mengatakan dia telah berbicara dengan Hussain melalui telepon pagi itu untuk mendiskusikan kepindahannya ke aparatemen baru di Uppsala.

"Kami hanya ingin polisi menyelidiki penyebab kematian dan memberikan jawaban kepada keluarga dan teman-temannya. Kami ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya," tutur Malik.

Baca Juga: Cek Fakta: Viral Aamir Khan Sumbang Tepung Terigu Berisi Uang Rp 3 Juta, Simak Faktanya 

Hussain melarikan diri dari Pakistan pada tahun 2012 setelah laporannya tentang penghilangan paksa dan pelanggaran HAM di wilayah Balochistan, berujung pada interogasi dirinya dan keluarganya.

Bahkan, akibat kerja jurnalisnya tersebut dia kerap mendapat ancaman pembunuhan dari orang tidak dikenal.

Eronen mengatakan suatu kejahatan tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan, tetapi kematian Hussain bisa saja merupakan kecelakaan atau bunuh diri.

"Otopsi telah menghilangkan beberapa kecurigaan bahwa dia adalah korban kejahatan," katanya.

Baca Juga: Kim Jong Un Dilaporkan Kembali Muncul untuk Resmikan Pabrik Pupuk di Hari Buruh 

"Selama kejahatan tidak dapat dikecualikan, masih ada risiko kematiannya terkait dengan pekerjaannya sebagai jurnalis," kata Erik Halkjaer, Kepala Reporters without Borders (RSF) cabang Swedia.

RSF mengatakan kerja jurnalistik kontroversial Hussain bisa saja menjadi alasan ia telah diculik dan dibunuh "atas perintah agen intelijen Pakistan".

Sementara itu, kementerian luar negeri Pakistan menolak berkomentar.

Hussain juga merupakan pemimpin redaksi Baluchistan Times, sebuah majalah daring yang ia dirikan.

Baca Juga: Media Tiongkok Rilis Film Animasi Once Upon A Virus, Sindir Keras Tudingan AS Soal Corona 

Dia menulis tentang perdagangan narkoba, penghilangan paksa, dan pemberontakan yang telah berlangsung lama.

Dia tiba di Swedia pada tahun 2018, setelah sebelumnya pindah dari Uni Emirat Arab ke Oman dan Uganda.

Menurut keluarga dan teman-temannya, dia sedang dalam perjalanan dengan istri dan dua anaknya untuk bergabung dengan mereka di Swedia, dikabarkan ia juga akan mengambil pascasarjana di Universitas Uppsala.

Pakistan dianggap sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi jurnalis, yang secara teratur dilecehkan dan dibunuh.

Menurut indeks kebebasan pers RSF 2019, Pakistan berada di peringkat 142 dari 180 negara.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler