Hubungan Kian Memanas, AS Ultimatum Tiongkok dengan Luncurkan Pesawat Bom di Laut China Selatan

21 Mei 2020, 13:17 WIB
PENERBANGAN pesawat peluncur bom B-1B Lancer di perairan Tiongkok adalah tanda meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan AS.* /South China Morning Post/

PIKIRAN RAKYAT - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan jalur terbang pesawat peluncur bom B-1B Lancer di atas perairan dekat Tiongkok di tengah hubungan yang kurang baik di antara dua negara tersebut belakangan ini.

Peningkatan operasi militer telah dilakukan oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS di Laut China Selatan, Laut China Timur, Selat Taiwan, dan Laut Kuning pada tahun ini.

Sementara pengamat militer Tiongkok telah memperingatkan bahwa akan meningkatnya risiko konflik militer antara kedua negara tersebut.

Baca Juga: Kuasai Pabrik Perlengkapan Medis, AS Khawatirkan Upaya Penimbunan Tiongkok untuk 'Peras Dunia' 

Dalam pengumuman terakhir, Pasukan Udara Pasifik AS mengatakan di Twitter bahwa pesawat peluncur bom B-1 melakukan misi di Laut China Selatan, hanya beberapa hari setelah pelatihan dengan Angakatan Laut AS di dekat Hawaii.

Hubungan Beijing-Washington belakangan ini terus memanas setelah keduanya saling menuduh satu sama lain soal asal-usul pandemi Covid-19 yang mana telah menewaskan lebih dari 324.000 orang dan menginfeksi hampir 5 juta orang di seluruh dunia.

Saling tuduh tersebut telah menyebabkan keretakan dalam hubungan yang semakin tegang, yang mana mempengaruhi berbagai kegiatan, termasuk jurnalisme, perdagangan, teknollogi, dan juga militer.

Baca Juga: Tak Perlukan Vaksin, Ilmuwan Tiongkok Klaim Obat yang Diujinya Tunjukkan Hasil Positif 

Dilansir South China Morning Post, Angkatan Udara AS telah mengerahkan empat pesawat peluncur bom B-1B dan sekitar 200 penerbang dari Texas ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guan pada 1 Mei 2020.

Ia mengatakan misinya adalah untuk mendukung penuh Pasukan Udara Pasifik dan untuk melakukan pelatihan dan operasi dengan para sekutu.

Li Jie, seorang spesialis militer yang berbasis di Beijing, mengatakan penyebaran menunjukkan bahwa AS berusaha untuk menjaga pencegahan strategis.

Hal tersebut ditandai dengan Angkatan Udara AS yang melakukan 11 penerbangan pada bulan Maret dan 13 penerbangan pada bulan April di atas Selat Taiwan dan Laut China Selatan.

Baca Juga: Deteksi Adanya Alam Semesta Kembar di Dekat Bumi, Ilmuwan NASA Klaim Waktu Berjalan Mundur 

"Jelas, para pembuat keputusan di Pentagon sedang mencoba menggunakan pesawat peluncur bom sebagai alat baru dalam pencegahan strategisya terhadap Tiongkok. Kami akan melihat gangguan B-1 yang intensif ke wilayah udara di Selat Taiwan dan Laut China Selatan pada bulan Mei," kata Li Jie, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Li Jie mencatat pada 6 Mei 2020, dua pesawat peluncur bom B-1B terbang di atas Laut China Timur dan juga terbang di atas perairan lepas pantai timur laut Taiwan, yang ia katakan sebagai indikasi kepada Taiwan bahwa AS belum melepaskan pengaruh militernya di wilayah tersebut.

Pada 29 April, Angkatan Udara AS mengirim dua pesawat peluncur bom B-1B Lancers hanya sekadar penerbangan bolak-balik selama 32 jam di atas Laut China Selatan.

Pesawat itu memutar pesawat peluncur bom B-1, B-2, dan B-52, tiga peluncur bom strategis di AS, serta armada angkata udara antara lain, pesawat militer untuk terbang di atas perairan yang diperebutkan dekat Tiongkok.

Baca Juga: NASA Catatkan Sejarah Baru dengan Terbangkan Pesawat Ruang Angkasa dan Astronot ke Orbit pada 27 Mei 

Pada 14 Mei, angkatan laut Tiongkok memulai latihan militer 11 minggu di perairan lepas kota pelabuhan utara Tangshan di Laut Kuning.

AS mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan pada hari yang sama, menandai bagian keenam selat oleh kapal Angkatan Laut AS tahun ini.

Sementara itu, Zhu Feng, Direktur Studi Internasional di Universitas Nanjing, mengatakan bahwa ketegangan di Laut China Selatan menjadi semakin tegang dan bergejolak dalam tiga bulan terakhir dan terkait erat dengan konflik politik, serta diplomatik antara kedua negara.

Militer AS khawatir bahwa Covid-19 dapat menawarkan jendela peluang bagi Tiongkok untuk meningkatkan kredibilitas militer di Laut China Selatan, atau bahkan meningkatkan kemungkinan operasi militer terhadap Taiwan.

Baca Juga: Penemuan Baru: Salju Putih di Antartika Berubah Menjadi Hijau, Peneliti Jelaskan Penyebabnya 

"Respons keras Tiongkok mungkin lebih jauh memberikan dorongan pemerintah Donald Trump untuk menahan Tiongkok di bidang lain."

"Terus maju dengan strategi Indo-Pasifik AS, sebuah taktik penting bagi AS untuk menarik sekutu di wilayah tersebut dengan mengasingkan Tiongkok," kata Zhu Feng.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler