Dituduh Mencuri, Wanita Setengah Telanjang Diseret Motor dan Dicambuk oleh Tiga Polisi Kenya

13 Juni 2020, 12:58 WIB
Ilustrasi Kekerasan* /Pixabay

PR BEKASI - Sebanyak tiga petugas kepolisian di Kenya ditangkap pada Kamis 11 Juni 2020, setelah beredar video saat ketiganya terlihat menyeret dengan sepeda motor dan mencambuk seorang wanita dengan kondisi setengah telanjang karena dugaan pencurian.

Penangkapan ketiga petugas kepolisian itu terjadi setelah adanya aksi protes atas kekerasaan polisi di Kenya sebbagai reaksi atas protes yang melanda Amerika Serikat (AS). Akibat aksi itu, telah mendorong pencarian orang di Afrika, di mana warga sering sekali dianiaya oleh polisi dengan sedikit keadilan saat meminta pelayanan.

Dalam video satu setengah menit itu, video dikabarkan direkam pada Rabu, 10 Juni 2020 di Kuresoi Selatan, sebelah barat ibu kota Nairobi.

Baca Juga: Terbukti Terima Suap dan Gratifikasi, Imam Nahrawi Dituntut 10 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

Di video itu, seorang polisi terlihat mengendarai sepeda motor dan wanita itu ditarik di belakangnya. Sementara polisi lainnya mencambuknya.

Dilansir The News oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com, menurut sumber di Otoritas Pengawasan Independen Polisi (IPOA), wanita nahas itu dituduh membobol rumah seorang perwira polisi.

"Tiga petugas kemarin (Kamis 11 Juni 2020, Red) ditangkap, menyusul beredarnya video yang memperlihatkan seorang wanita dicambuk dan diseret dengan sepeda motor di Kabupaten Kuresoi Selatan," kata Direktorat Investigasi Kriminal.

Lebih lanjut, Direktorat Investigasi Kriminal mengatakan bahwa ketiga tersangka saat ini berada dalam tahanan yang sah dan pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kejadian tersebut.

Baca Juga: Cegah Kepunahan, Peneliti Pasang GPS di Leher Panda Merah untuk Pantau Aktivitasnya di Hutan 

Sementara IPOA dalam pernyataannya mengatakan telah melakukan penyelidikan atas masalah ini.

Pada Senin 8 Juni 2020, sekitar 200 orang mengadakan aksi protes di Nairobi atas kematian 15 orang di tangan polisi sejak jam malam diberlakukan pada Maret untuk melawan pandemi Covid-19.

"Saya di sini untuk memprotes pemuda kami yang tewas di tangan polisi tanpa melakukan kesalahan. Kami harap hal itu sudah cukup terjadi. Sebagai seorang ibu, banyak anak muda terbunuh saat dicap sebagai pencuri," kata seorang demonstran, Rahma Wako.

Dalam beberapa hari terakhir, kota-kota di seluruh dunia telah menyaksikan aksi protes besar-besaran terhadap rasisme dan kekerasan polisi yang dipicu oleh pembunuhan polisi di Minneapolis, AS terhadap pria Afrika-AS bernama George Floyd (46).

Baca Juga: Vokal Kritik Tiongkok, Mike Pompeo 'Diam-diam' Rencanakan Pertemuan di Hawaii 

Pembunuhan George Floyd tidak menyebabkan protes besar di Afrika, tetapi para aktivis meminta negara-negara di benua itu untuk melihat momok kebrutalan polisi mereka sendiri, yang biasanya tidak mendapatkan hukuman.

Kepolisian Kenya sering dituduh oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia menggunakan kekuatan berlebihan dan melakukan pembunuhan di luar hukum, terutama di lingkungan miskin.

Komentator dan kartunis kenamaan Kenya Patrick Gathara minggu lalu menggambar seorang lelaki yang mewakili pemerintah Afrika memegang plakat "kulit hitam", sambil berlutut di leher seorang pria yang bertanya, "Bagaimana dengan kehidupan Afrika?."

Somolon Dersso, ketua komisi Afrika tentang hak asasi manusia meminta Afrika untuk mengadakan pembicaraan yang sangat dibutuhkan tentang pembunuhan ini dan tindakan kekerasan lainnya yang dialami oleh para penduduk sipil.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The News

Tags

Terkini

Terpopuler