Presiden Afrika Selatan Salahkan NATO Atas Perang Rusia-Ukraina: Menyebabkan Ketidakstabilan...

19 Maret 2022, 11:40 WIB
Ilustrasi perang. Berikut tanggapan Presiden Afrika Selatan terkait konflik Ukraina dan Rusia. /Pexels

PR BEKASI – Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa menyalahkan NATO sebagai biang kerok terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.

Dalam pidatonya di Parlemen Afrika Selatan pada Kamis, 17 Maret 2022, dirinya menolak seruan untuk mengutuk Rusia sebagai biang kerok terjadinya perang di Ukraina.

"Perang dapat dihindari jika NATO telah mengindahkan peringatan dari antara para pemimpin dan pejabatnya sendiri selama bertahun-tahun bahwa ekspansi ke arah timur akan menyebabkan ketidakstabilan yang lebih besar," katanya.

Baca Juga: Penelitian Terbaru: Habiskan Lebih Banyak Waktu di Depan Layar Gawai Membuat Anak Alami Gangguan Psikis

Namun, dirinya juga mengatakan bahwa Afrika Selatan menolak untuk mendukung kekerasan di Ukraina.

"Afrika Selatan tidak dapat memaafkan penggunaan kekuatan dan pelanggaran hukum internasional," tambahnya.

Komentar Presiden Afrika Selatan tersebut diketahui telah menimbulkan keraguan apakah dia akan diterima oleh Ukraina atau Barat sebagai penengah.

Baca Juga: Bocoran Forecasting Love and Weather Episode 11: Lee Si Woo dan Jin Ha Kyung Jawab Keraguan Perasaan Mereka

Presiden Rusia, Vladimir Putin sebelumnya telah memerintahkan tentara Rusia untuk melaksanakan operasi khusus untuk melucuti senjata dan denazifikasi Ukraina yang kemudian oleh NATO disebut sebagai serangan.

Ukraina dan sekutu Barat mereka percaya bahwa Rusia melancarkan perang tanpa alasan untuk merebut seluruh Ukraina untuk kembali menjadi bagian Rusia.

Cyril Ramaphosa juga mengungkapkan bahwa Vladimir Putin telah meyakinkannya secara pribadi bahwa negosiasi damai untuk mengakhiri perang tersebut sedang membuat kemajuan.

Baca Juga: Teori dan Link Baca One Piece 1044: Luffy Bisa Kalahkan Kaido dengan Kebangkitan Buah Iblis

Presiden Afrika Selatan itu mengatakan dia belum berbicara dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky terkait perang tersebut meskipun dirinya sangat menginginkannya.

Pada Jumat, 18 Maret 2022 kemarin, Cyril Ramaphosa mengatakan Afrika Selatan telah diminta untuk menjadi penengah dalam konflik Rusia-Ukraina.

"Ada orang-orang yang bersikeras bahwa kita harus mengambil sikap yang sangat bermusuhan terhadap Rusia. Namun, pendekatan yang akan kita ambil adalah menjadi penengah konflik," katanya.

Baca Juga: Tentara Rusia Mengemis Makanan ke Warga Ukraina Meskpun Diperintah Komandan untuk Kejam

Diketahui, Partai Kongres Nasional Afrika pimpinan Cyril Ramaphosa diketahui telah memerintah Afrika Selatan sejak kekuasaan minoritas kulit putih berakhir pada 1994.

Mereka diketahui memiliki ikatan kuat dengan negara bekas Uni Soviet tersebut yang melatih dan mendukung para aktivis anti-apartheid selama Perang Dingin.

Untuk alasan itu, Afrika Selatan kadang-kadang dicurigai di antara saingan Rusia di Barat, meskipun masih menikmati pengaruh diplomatik tingkat tinggi dibandingkan dengan ukuran ekonominya sejak transisi damai menuju demokrasi.

Baca Juga: Rahasia One Piece 1044: Sanji Bangkitkan Api Hitam, Lebih Panas dari Api Magma Akainu

Cyril Ramaphosa mengatakan penolakan bersejarah Afrika Selatan untuk memihak menimbulkan banyak pihak yang meminta mereka untuk menjadi penengah konflik.

"Kami diminta untuk mengutuk salah satu pihak, namun banyak yang meminta kami menjadi penengah," kata Presiden Afrika Selatan, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera.***

Editor: Dini Novianti Rahayu

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler