PR BEKASI - Pemimpin Negara Korea Utara, Kim Jong Un hingga kini masih terus menjadi sorotan dunia.
Pasalnya, tak jarang sosok satu ini membuat sensasi yang memicu ketegangan dunia.
Dikabarkan awal pekan ini, Korea Utara kembali meluncurkan tiga rudal balistik.
Aksi ini pun langsung mendapat perhatian dari intelijen Amerika Serikat (AS) untuk menyelidikinya.
Baca Juga: Kim Jong Un Kewalahan Hadapi Ledakan Kasus Covid-19, Sampai Minta Bantuan Militer
Dari hasil penyelidikan intelijen Amerika Serikat (AS) menduga apakah Korea Utara sedang mencoba untuk menguji rudal balistik dengan sifat yang belum pernah dilihat AS sebelumnya atau tidak.
Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari express.co.uk pada Minggu 5 Juni 2022, Korea Utara meluncurkan tiga rudal balistik pada hari Rabu minggu lalu.
Pada uji coba itu, ada satu rudal balistik yang terbang dengan lintasan yang tidak biasa, menurut para pejabat.
Jalur penerbangan rudal digambarkan sebagai "busur ganda" dengan rudal naik dan kemudian turun dua kali.
Hal ini bisa menjadi tanda bahwa Kim Jong Un sedang menggenjot pengembangan senjata.
Aksi tersebut membuat Washington yang selama ini telah berusaha bertahun-tahun untuk mencegah Korea Utara melanjutkan program senjata nuklirnya merasa kecolongan.
Pada 2017, mantan Senator Republik untuk Oklahoma, Steve Russell bahkan memperingatkan bahwa nyawa Kim Jong Un akan terancam jika dia terus menguji coba rudal.
Russell mengatakan pada 2017 bahwa Kim Jong-Un akan menghadapi "kematian" jika dia terus meningkatkan kecakapan militer negaranya, The Hill melaporkannya.
“Jika dia ingin menyerang wilayah Amerika Serikat atau wilayah sekutu AS, dia akan mati. Sesederhana itu," tegas Russell.
"Para diktator memiliki satu kesamaan, yaitu mereka ingin tetap hidup. Jadi jika Kim Jong Un ingin tetap hidup, dia harus berhenti."
"Jika dia tidak melakukannya, saya dapat meyakinkan Anda sedang memainkan permainan berbahaya di mana dia tidak hanya akan dimusnahkan tetapi orang lain juga akan menderita," tambahnya.
Pernyataan Russell ini diungkapkan sehari setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-15 untuk pertama kalinya.
Di mana rudal ini mencapai ketinggian 2.800 mil dan jarak 600 mil.***