WHO Prediksi 2 Miliar Dosis Vaksin Virus Corona Siap Diproduksi Tahun 2021

19 Juni 2020, 15:58 WIB
Botol kecil berlabel stiker /ANTARA/Reuters/Dado Ruvic/

PR BEKASI – Pada Kamis, 18 Juni 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pihaknya berharap bisa menghasilkan sekitar ratusan juta dosis vaksin virus corona atau Covid-19 pada akhir tahun.

Diprediksi jumlah yang akan tersedia mencapai 2 miliar di akhir tahun berikutnya.

Selain itu, Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ini dikabarkan sedang membuat rencana untuk memutuskan siapa saja yang pertama berhak mendapatkan vaksin.

Baca Juga: Banyak Mahasiswa Alami Kendala Finansial, Nadiem Makarim Keluarkan Kebijakan Keringanan UKT

Tentunya, setelah vaksin tersebut telah disetujui.

"Jika kita beruntung, akan ada satu atau dua kandidat (vaksin) yang akan selesai sebelum akhir tahun ini," kata kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan seperti yang dikutip dari Fox News oleh Pikiranrakyat-bekasi.com Jumat, 19 Juni 2020.

Menurut Swaminathan, populasi yang harus diprioritaskan harus diberikan kepada pekerja garis depan seperti dokter, perawat, dan lain-lain yang rentan terhadap Covid-19, seperti orang tua, dan mereka yang memiliki riwayat penyakit.

Baca Juga: Meski Didesak Oleh WHO, Arab Saudi Tetap Setujui Penggunaan Dexamethasone Untuk Obati Pasien Corona

"Anda harus mulai dengan yang paling rentan dan kemudian semakin memvaksinasi lebih banyak orang," katanya.

"Dengan begitu, kita bisa memiliki 2 miliar dosis pada akhir tahun 2021. Kita harus bisa memvaksinasi, setidaknya populasi yang diprioritaskan," ucapnya.

Swaminathan mencatat bahwa data analisis genetik yang telah dikumpulkan sampai sejauh ini menunjukkan bahwa Covid-19 belum bermutasi dengan cara yang akan mengubah keparahan dari penyakit tersebut.

Baca Juga: Hukum Bandar Narkoba dengan TPPU, Polisi: Kami Akan Miskinkan Mereka

Pada Rabu, 17 Juni 2020 WHO mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan uji coba hidroksiklorokuin.

Hal ini dilakukan setelah bukti menunjukkan bahwa obat tersebut tidak berpengaruh untuk mengurangi angka kematian, lama waktu perawatan, dan kebutuhan pasien akan ventilator saat berada di rumah sakit.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Fox News

Tags

Terkini

Terpopuler