Puluhan Ribu Warga Lebanon Lakukan Unjuk Rasa hingga Berujung Pembakaran Gedung

9 Agustus 2020, 14:45 WIB
Pasukan Keamanan Dalam Negeri (ISF) menembakkan gas air mata kepada pengunjuk rasa ketika bentrokan terjadi di Beirut Sabtu, 8 Agustus 2020 /Al Jazeera

PR BEKASI - Sebuah ledakan besar terjadi di ibu kota Lebanon, Beirut, telah meratakan sejumlah gedung di Pelabuhan Beirut pada Selasa, 4 Agustus 2020 petang waktu setempat.

Diketahui, Pemerintah Lebanon melalui Presiden Michel Aoun mengatakan bahwa sekitar 2.740 ton amonium nitrat yang disimpan di salah gudang sejak enam tahun lalu diduga jadi sebab ledakan besar terjadi.

Diduga tanpa adanya penanganan khusus, ledakan besar terjadi hingga menewaskan setidaknya lebih dari ratusan orang dan lebih dari puluhan ribu orang mengalami luka-luka.

Baca Juga: Mayoritas Diisi oleh Aktivis Beridealisme, Prabowo Subianto Akui Isi Kantong Para Kadernya Kurang

Imbas dari dugaan kelalaian pemerintah lantaran tidak menangani amonium nitrat dengan benar, dilaporkan warga Lebanon marah dan menyerbu gedung-gedung pemerintahan di Beirut pada Sabtu, 8 Agustus 2020.

Puluhan ribu orang berusaha untuk menembus gedung Parlemen Lebanon dan meminta pertanggungjawaban pemerintah akibat ledakan besar itu.

Bentrokan antara warga Lebanon dan Pasukan Keamanan Dalam Negeri (ISF) tak dapat dihindarkan.

Baca Juga: Khawatir Tidak Aman, Inggris Tarik Ratusan Ribu Alat Tes Covid-19

Petugas keamanan menembakkan gas air mata, peluru karet, dan amunisi yang ditembakkan ke udara.

Mendapatkan perlakuan itu, para pengunjuk rasa balik menyerang dengan melemparkan batu ke arah petugas keamanan.

Ada pula pengunjuk rasa yang membakar gedung-gedung sisa insiden ledakan besar yang terjadi Selasa, 4 Agustus 2020.

Baca Juga: Bawa 10.000 Ton Amonium Nitrat Seperti di Beirut, Perdana Menteri Ukraina Usut Trump D

"Mereka telah mengambil semuanya dari saya, uang saya, masa muda saya, dan sekarang mereka membunuh orang-orang saya," ucap salah seorang pengunjuk rasa bernama Sandra Khoury sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Al Jazeera.

Sebagai bentuk solidaritas dengan para pengunjuk rasa, petugas pemadam kebakaran Beirut yang kehilangan setidaknya 10 anggota pada kejadian itu pun menolak perintah untuk memukul mundur dengan cara disiram air.

Menanggapi hal itu, Gubernur Beirut Marwan Aboud mengatakan bahwa seharusnya petugas pemadam kebakaran terus lakukan tugasnya untuk memadamkan api kebakaran.

Baca Juga: Ramai Dibuat Warganet, Berikut Resep Roti Viral 'Cloud Bread'

Imbas bentrokan itu, dilaporkan seorang petugas keamanan tewas.

Lebih lanjut, ISF mengatakan bahwa kelompoknya diserang oleh pengunjuk rasa dari satu hotel di pusat Beirut.

Sementara itu, petugas medis Lebanon mengatakan mereka setidaknya membawa 63 orang ke rumah sakit dan merawat sekitar 175 orang dari lokasi insiden bentrokan terjadi.

Baca Juga: Prabowo Subianto: Partai Gerindra Dulu Diremehkan, Sekarang Miliki Prestasi yang Membanggakan

Di lokasi berbeda, tentara dan pengunjuk rasa bentrok di sekitar lingkar utama Beirut dekat pusat kota.

Tentara dikerahkan karena keadaan darurat yang telah diumumkan di ibu kota.

Para tentara itu memukul mundur para pengunjuk rasa dengan menggunakan tongkat, beberapa pengunjuk rasa dilaporkan memberikan respons dengan cara melemparkan batu kepada para tentara itu.

Baca Juga: 'Gilang Bungkus' Dijerat Dua Pasal, Polisi: Belum Termasuk Unsur Pasal Pencabulan Sesama Jenis

"Lepaskan setelannya dan berdiri bersama kami, lalu Anda bisa memakainya lagi dengan hormat. Beri tahu kami apa yang Anda dapatkan dari bersama mereka? Kami benar-benar tidak memahaminya, mengapa kamu melakukan ini pada kami?," ujar seorang pengunjuk rasa di lingkar utama Beirut.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler