Tak Habis Pikir, Donald Trump Masuk Nominasi Pemenang Nobel Perdamaian

10 September 2020, 09:05 WIB
Presiden AS, Donald Trump dimasukkan dalam nominasi penghargaan Nobel Perdamaian. /AP/Evan Vucci

PR BEKASI - Seorang anggota parlemen Norwegia mengatakan bahwa telah menominasikan Presiden Amerika Serikat AS (AS), Donald Trump untuk meraih penghargaan Nobel Perdamaian atas usahanya di Timur Tengah.

Christian Tybring-Gjedde, anggota Parlemen Partai Sayap Kanan Norwegia, mengatakan pada Rabu, 9 September 2020 bahwa Trump harus dipertimbangkan untuk mendapatkan penghargaan tersebut karena usahanya untuk mendamaikan Timur Tengah.

"Dia telah menjembatani perdamaian antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel yang membuka kemungkinan perdamaian di Timur Tengah," katanya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs berita Al Jazeera, Kamis, 7 September 2020.

Baca Juga: Kritik Kebijakan Pemerintah Terkait COVID-19, Ujang Komarudin: Disiplinkan dan Kasih Makan Rakyat

Israel dan UEA bulan lalu menyetujui kesepakatan bersejarah dengan menormalisasi hubungan antar kedua negara dan dijadwalkan untuk menandatanganinya pada upacara Gedung Putih pada 15 September.

"Tidak peduli bagaimana Trump bertindak dan apa yang dia katakan di konferensi pers, dia benar-benar memiliki kesempatan untuk mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian," katanya.

Gjedde menominasikan Trump meraih penghargaan Nobel tahun 2021 karena Presiden AS itu ia nilai memiliki kriteria untuk memenangkan penghargaan tersebut.

Baca Juga: Berlaku Hingga Januari 2021, Iuran Jamsostek Diringankan Hingga 99 Persen

Nominasi harus dikirim ke Komite Nobel Norwegia paling lambat 1 Februari, yang berarti tenggat waktu untuk mencalonkan orang untuk penghargaan tahun ini telah berlalu.

Tybring-Gjedde adalah salah satu dari dua anggota parlemen Norwegia yang telah menominasikan Trump untuk penghargaan Nobel Perdamaian pada 2018 atas upayanya untuk membawa rekonsiliasi antara Korea Utara dan Selatan.

Politisi mana pun yang bertugas di badan legislatif nasional dapat mencalonkan seseorang untuk penghargaan Nobel Perdamaian.

Baca Juga: Menerima SMS dari BPJAMSOSTEK? Segera Lakukan 2 Langkah Ini Agar BLT Subsidi Gaji Rp600.00 Anda Cair 

Mantan Presiden AS, Barack Obama dianugerahi penghargaan tersebut pada tahun 2009 hanya beberapa bulan setelah masa jabatan pertamanya, sebuah langkah yang menurut banyak orang terlalu dini.

Komite Norwegia mengatakan pihaknya menghormati Obama atas komitmennya untuk menegakan perdamaian dan keamanan dia dunia tanpa menggunakan senjata nuklir.

Tahun lalu, Trump meramalkan dirinya akan memenangkan Hadiah Nobel untuk banyak hal jika mereka memberikannya secara adil, padahal tidak.

Baca Juga: Matangkan Persiapan, Bhayangkara FC Jadi Lawan Berikutnya di Laga Uji Coba Persib Bandung

Komite Nobel Norwegia tidak secara terbuka mengomentari calon. Di bawah aturannya, informasi tersebut harus dirahasiakan selama 50 tahun.

"Sekarang diharapkan Komite Nobel dapat mempertimbangkan apa yang telah dicapai Trump secara internasional dan tidak tersandung prasangka buruk apapun terhadap Presiden AS," kata Tybring-Gjedde dalam sebuah unggahan Facebook .

Namun, dia mengatakan tidak setuju dengan semua kebijakan Trump.

Baca Juga: Lakukan Uji Klinik Terapi Plasma Konvalesen pada Pasien Covid-19, Kemenkes Gandeng 4 RS di Indonesia

"Saya bukan pendukung Trump yang fanatik," katanya.

Proses pertimbangan kandidat dan pemberian penghargaan Nobel Perdamaian dilakukan di Norwegia, berbeda dengan penghargaan nobel lainnya, yang diberikan di Skandinavia lainnya, Swedia.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler