Krisis Iklim Semakin Serius, Zero Hour: Bukan hanya Virus Corona yang Semakin Mengerikan

10 September 2020, 13:41 WIB
Masker bergambar peta dunia yang menggambarkan saat ini dunia berada di tengah krisis akibat pandemi dan juga krisis iklim. /Teen Vogue/

PR BEKASI - Dunia terus berupaya melawan pandemi Covid-19. Negara-negara yang tertular COVID-19 serius menghadapi virus ini untuk melindungi rakyat dan negaranya dari segala krisis.

Namun, di samping pandemi yang masih berlarut-larut, ada krisis lain yang juga dinilai penting yang sedang dihadapi oleh dunia, yakni krisis akibat perubahan iklim.

Salah satu pendiri Zero Hour, yakni organisasi pemuda untuk mengatasi iklim yang berasal dari Amerika Serikat (AS), menyatakan bahwa manusia harus memperlakukan krisis kesehatan akibat COVID-19 dan krisis iklim sebagai keadaan yang sama-sama darurat.

Baca Juga: Xi Jinping Telepon Raja Salman Bahas Vaksin COVID-19, Ada Apa?

"Tahukah Anda bahwa perasaan menggerogoti, oh Tuhan, kami berada di tengah-tengah sesuatu yang mengerikan yang Anda alami karena virus corona?" ucap Jamie Margolin, salah satu founder Zero Hour, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Teen Vogue, Kamis, 10 September 2020.

"Apakah Anda melihat krisis lain yang melanda dunia ini, sedangkan Anda merasa tidak berdaya karena memiliki kekuatan terbatas untuk menghentikannya? Itulah yang sudah lama kita rasakan tentang krisis iklim," tuturnya.

Cara dunia yang bisa memobilisasi diri dan menutup diri dengan cepat untuk merespon Virus Corona adalah bukti bahwa para pemimpin politik sangat memiliki kemampuan untuk membuat suatu perubahan dengan cepat.

Baca Juga: Jakarta PSBB Lagi, Tidak Ada Salahnya bagi Anda untuk Simak Tips Agar WFH Lancar dan Menyenangkan

Jamie Margolin menyatakan bahwa selama bertahun-tahun, aktivis iklim seperti dia telah menyerukan tindakan segera terhadap keadaan iklim yang sudah darurat.

Para ilmuwan menyatakan bahwa kita memiliki waktu kurang dari satu dekade untuk mengubah perekonomian dunia, yakni mengalihkan ke energi terbarukan dan pertanian berkelanjutan.

Akan tetapi, bisnis tetap berlanjut seperti biasanya dengan membuka jalan menuju cuaca ekstrem di masa depan, perpindahan massal, penyakit, kelaparan, dan kematian sebagaimana telah diprediksi oleh para ahli.

Baca Juga: Pemerintah Berencana Lanjutkan Pemberikan Subsidi Gaji Rp600.000 hingga Kuartal II Tahun Depan

Ketika berada di tengah krisis iklim, tidak ada tindakan untuk membuat masyarakat berubah. Beberapa kali Jamie mendatangi parlemen AS untuk melakukan transformasi cepat dalam menanggapi perubahan iklim.

Parlemen tetap mengatakan bahwa perubahan secepat itu tidak mungkin dilakukan, namun tanggapan cepat dunia terhadap COVID-19 membuktikan bahwa perubahan secara cepat bisa dilakukan.

Respon terhadap virus ini menunjukkan bahwa pemerintah sebenarnya bisa melakukan mobilisasi cepat untuk menghadapi krisis iklim jika mau melakukannya dengan serius dan mengkomunikasikannya dengan benar pada masyarakat.

Baca Juga: Edhy Prabowo Positif Covid-19, Puluhan Pejabat dan Warga NTT Buru-buru Lakukan Tes Swab

Respon dunia terhadap krisis iklim tidak seperti karantina atau isolasi yang harus dilakukan seperti saat menghadapi virus COVID-19, sehingga seharusnya bisa lebih mudah dilakukan.

Misalnya bisa dilakukan dengan menyerukan penciptaan lapangan kerja di bidang energi terbarukan, melatih pekerja untuk berpindah dari pekerjaan bahan bakar fosil menuju energi bersih dan reboisasi massal.

Respon terhadap pandemi adalah upaya untuk mengurangi bencana, sedangkan respon iklim yang mendesak tidak hanya mengurangi bencana, tetapi juga secara aktif menciptakan dunia yang lebih baik.

Baca Juga: BP KNPI Malaysia Puji Langkah Anies Baswedan Lakukan PSBB Total: Pemerintah RI Harus Perbaiki Sistem

Setelah nanti virus corona telah terkendali, dunia tidak bisa menghembuskan napas lega dan kembali normal karena harus dilanjutkan dengan mengatasi krisis mematikan lainnya yang sangat mendesak, yakni krisis iklim.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Teen Vogue

Tags

Terkini

Terpopuler