Israel Jadikan Kompleks Rumah Sakit Al Shifa Barak Militer, PM Palestina: Pengungsi Menjadi Human Shield

13 November 2023, 20:45 WIB
Rumah Sakit Al Shifa Jalur Gaza Palestina dikepung zionis Israel. / x.com Hind_Gaza/

PATRIOT BEKASI - Zionis Israel masih terus melakukan pengepungan di komplek Rumah Sakit Al Shifa yang berlokasi di Gaza bagian utara, Palestina. Bahkan, dilaporkan sudah ada 34 pasien yang tewas di RS tersebut akibat pemadaman listrik dan habisnya bahan bakar.

Perang yang masih terjadi menunjukkan tidak adanya tanda-tanda gencatan senjata antara zionis Israel dengan pasukan Islam di Gaza Palestina terjadi, terlebih karena Perdana Menteri zionis, Benjamin Netanyahu, sendiri menolaknya.

Kematian warga Gaza meningkat di tengah kurangnya semua kebutuhan hidup, sementara operasi pengeboman terus berlanjut di sekitar rumah sakit di Gaza, termasuk Rumah Sakit Al Shifa. Hal ini menandakan bencana kemanusiaan.

Terkait dengan pengepungan yang dilakukan Israel di Rumah Sakit Al Shifa, PM Palestina, Muhammad Shtayyeh, mengatakan bahwa zionis menjadikan kompleks RS sebagai basis militer mereka.

Baca Juga: Puluhan Bayi Prematur di Rumah Sakit Al Shifa Gaza Terancam, Satu Bayi Meninggal Lemah

"Strategi Israel, menjadikan Kompleks Medis Al Shifa sebagai basis untuk mengendalikan Gaza dan mengubahnya menjadi barak militer," katanya.

Dia juga menyatakan bahwa para pengungsi yang seharusnya dapat merasa aman di rumah sakit seakan dijadikan sebagai human shield oleh Israel.

"Dengan kata lain, pengungsi yang ada di dalam RS seakan menjadi sandera dan human shield bagi Israel," tutur dia.

Di sisi lain, tidak hanya Al Shifa, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bahwa tank-tank Israel mengepung Rumah Sakit Al Quds di Kota Gaza.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 34 di Rumah Sakit Al Shifa di Jalur Gaza, yang menderita akibat penyakit mematikan maupun kekurangan bahan bakar. Wakil Menteri Kesehatan, Youssef Abu Al-Rish, membenarkan hal itu.

“Jumlah kematian meningkat menjadi 27 pasien dalam perawatan intensif dan 7 bayi baru lahir prematur karena pemadaman listrik," katanya.

Media Palestina pun mengutip pernyataan Abu Al-Rish yang menyatakan bahwa pihaknya saat ini tidak dapat menghitung jumlah kematian.

“Pasien terpaksa pergi meskipun mereka terluka,” ujarnya, dikutip Patriot Bekasi dari Al Arabiya.***

Editor: M Hafni Ali

Sumber: Al Arabiya News

Tags

Terkini

Terpopuler