Dirampok dan Diperkosa Ramai-ramai di Depan Ketiga Anaknya, Publik Marah Usai Polisi Salahkan Korban

13 September 2020, 11:17 WIB
Protes para wanita yang menuntut keadilan untuk korban perampokan dan pemerkosaan di jalan raya di Provinsi Punya./Reuters /

PR BEKASI - Seorang wanita diserang oleh orang tidak dikenal ketika mobilnya mogok pada Kamis, 10 September 2020 pada dini hari waktu setempat.

Saat itu dia mengemudi dari Kota Lahore, Provinsi Punjab, Pakistan ke Gujranwala bersama ketiga anaknya.

Selain menyerangnya dengan menghancurkan jendela mobil, para pelaku pun merampok uang tunai dan perhiasan wanita tersebut.

Baca Juga: Dikhianati Dua Negara Arab, Warga Palestina Marah dan Bakar Foto Presiden

Yang lebih memilukan lagi, pelaku perampokan tersebut memperkosa korban beramai-ramai dihadapan ketiga anaknya.

Insiden nahas tersebut lantas memicu kemarahan publik, karena pihak kepolisian justru menyalahkan korban bukannya pelaku.

Di mana, Kapolsek Lahore Umar Shaikh menyalahkan korban atas pemerkosaan tersebut, dengan mengatakan bahwa wanita tersebut seharusnya tidak bepergian sendirian pada malam hari.

Baca Juga: Pendaftaran Prakerja Gelombang 8 Berakhir Besok, Masih Gagal? Berikut Langkah agar Segera Diproses

Atas ucapannya tersebut, Umar Shaikh pun menghadapi tuntutan publik untuk mengundurkan diri.

"Pernyataan seperti itu dari orang-orang yang bertanggung jawab, harus dimulai dengan permintaan maaf karena gagal melindungi warga negara Pakistan," kata Khadija Siddiqui, seorang aktivis dan pengacara seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Aljazeera pada Minggu, 13 September 2020.

"Mereka harus meminta maaf, karena perempuan di negara ini harus menderita setiap hari," katanya menambahkan.

Baca Juga: 31.475 Orang Mendaftar Jadi Relawan Satgas Covid-19, Baru 6.523 yang Terlatih dan Sisanya Menunggu

Menurutnya, petugas polisi yang menangani kekerasan seksual berbasis gender seringkali menjadi bagian dari masalah.

Dan orang-orang seperti itu seharusnya tidak berada di pos-pos di sektor kepolisian, di mana para wanita mengharapkan mereka menjadi pelindung negara.

Tahira Abdullah, seorang veteran pembela hak asasi manusia juga marah dengan kejadian tersebut.

Baca Juga: Masih Banyak Pelanggar Protokol Kesehatan, Mahfud MD Gemas: Saya Akan Minta Polisi Tangkap Mereka!

"Ini hanyalah puncak dari kejahatan kekerasan yang dilakukan terhadap wanita dan gadis yang tidak pernah dilaporkan, terutama di pedesaan kami," kata Tahira Abdullah.

Namun, dia juga menilai bahwa ini adalah pertanda positif karena kasus perampokan dan pemerkosaan tersebut menerima banyak publisitas dari media.

Sehingga lanjutnya, dia berharap, dengan banyaknya sorotan dari media, kasus tersebut akan mendapat tindakan nyata dari pihak kepolisian.

Baca Juga: Selain Membuat Mood Jadi Lebih Baik, Cokelat Ternyata Bisa Buat Jantung Lebih Sehat

Tahira Abdullah juga mengatakan perlunya diadakan pelatihan yang dirancang dengan hati-hati untuk menanamkan semangat kepolisian yang ramah masyarakat.

"Setiap provinsi membutuhkan unit kejahatan gender yang dikelola oleh perempuan yang terlatih khusus, bersama dengan adanya hotline, tempat penampungan krisis, bantuan medis-hukum, tes DNA, bantuan dalam mendaftarkan kasus di kantor polisi terdekat, dan konseling serta terapi trauma PTSD jangka panjang," tutur Tahira Abdullah.

Selain mendapat perhatian dari para aktivis perempuan, Perdana Menteri Imran Khan pun mengatakan perlindungan perempuan adalah prioritas pemerintah.

Baca Juga: Apple Face Mask, Masker yang Didesain Khusus oleh Perancang iPhone untuk Karyawannya

Dia juga mengatakan bahwa kebrutalan seperti itu tidak diperbolehkan dalam masyarakat yang beradab. Dia menyebutkan, insiden seperti itu merupakan pelanggaran nilai-nilai sosial dan aib bagi masyarakat Pakistan.

Menteri Hak Asasi Manusia Pakistan Shireen Mazari juga mengkritik keras Umair Shaikh karena telah menyalahkan korban.

Menurut polisi Punjab, ada setidaknya 2.043 kasus pemerkosaan yang terdaftar, dan 111 kasus pemerkosaan berkelompok di Provinsi Punjab tahun ini.

Baca Juga: MSI Hadirkan Laptop Modern 14 dengan Kartu Grafis MX330 dan Dua Warna Baru

Harris Khalique, Sekretaris Jenderal Komisi Hak Asasi Manusia Independen Pakistan (HRCP) mengatakan, kekerasan terhadap perempuan dan anak telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Di mana HRCP mencatat rata-rata 10 kasus kekerasan berbasis gender dalam sehari, termasuk serangan seksual dan pemerkosaan anak di bawah umur.

"Stigma melekat padanya dan korban disalahkan. Seorang wanita diperkosa di depan anak-anaknya, dan Kapolsek Lahore berani mengatakan mengapa dia mengemudi sendiri pada larut malam," kata Harris Khalique.

Baca Juga: Cek Fakta: Mobil Esemka yang Diresmikan Joko Widodo Disebut Buatan Komunis Tiongkok

“Langkah hukum dan kebijakan perlu diambil. Perubahan sikap masyarakat harus dibawa, meningkatnya misogini dan intoleransi perbedaan pendapat semuanya saling terkait satu sama lain,” katanya.

Setelah memicu kemarahan publik, akhirnya pihak kepolisian Pakistan menangkap 15 orang yang diyakini terkait dengan kasus perampokan dan juga pemerkosaan wanita tersebut.

Namun sayangnya, polisi menyampaikan bahwa tak satu pun dari 15 orang yang ditangkap tersebut diyakini sebagai bagian dari kelompok perampok tersebut.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler