Jadi Awal Pusat Penyebaran Covid-19, Pemerintah Minta Gereja Ini Ganti Rugi Rp57 Miliar

20 September 2020, 06:41 WIB
Gereja Sarang Jeil yang jadi biang keladi cepatnya penularan di Seoul, Korea Selatan. /Reuters

PR BEKASI - Sebelumnya, Korea Selatan menjadi salah satu contoh sukses negara yang mampu menangani pandemi Covid-19, ketika kasus positif yang terjadi per harinya mengalami penurunan yang signifikan.

Namun sejak Agustus lalu, Korea Selatan mengonfirmasi bahwa negaranya telah memasuki gelombang kedua Covid-19 setelah terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 yang cukup tinggi.

Hal ini diduga karena terciptanya klaster-klaster baru dalam penyebaran Covid-19.

Salah satu yang diyakini sebagai klaster baru penyebaran Covid-19 adalah Gereja Sarang Jeil.

Baca Juga: Patogen Covid-19 Ditemukan di Ikan Ekspor Indonesia, Kadin: Sudah Ada Kesepakatan dengan Tiongkok

Oleh karena itu, pada Jumat 14 September 2020, Pemerintah Ibu Kota Korea Selatan, Seoul, mengatakan akan meminta ganti rugi sebesar 4.6 miliar won atau setara Rp57.54 miliar dengan kurs Rp12.51 terhadap Gereja Sarang Jeil, karena telah menyebabkan penyebaran Covid-19, dengan mengganggu upaya pemerintah dalam pelacakan dan pengujian.

Kasus positif Covid-19 di Korea Selatan mengalami peningkatan, setelah sekelompok anggota Gereja Sarang Jeil melakukan aksi protes besar-besaran di pusat Kota Seoul pada pertengahan Agustus lalu.

Hal tersebut menyebabkan Gereja Sarang Jeil menjadi salah satu klaster penyebaran Covid-19 yang telah meningkatkan angka kasus positif Covid-19 per harinya selama sebulan ini.

Baca Juga: Dibintangi Ong Seong Wu, Pemeran Drama ‘More Than Friends’ Deskripsikan Karakter Mereka

Pemerintah Kota Seoul mengatakan akan mengajukan gugatan terhadap Gereja Sarang Jeil dan pemimpinnya, Pendeta Jun Kwang Hoon, dengan tuduhan telah mengganggu tes Covid-19 dan memberikan daftar anggota gereja yang tidak akurat yang semakin memperburuk masa pandemi Covid-19 di Korea Selatan.

“Kota ini berupaya meminta pertanggungjawaban gereja dan pendeta, karena telah berkontribusi pada penyebaran Covid-19 secara nasional, dengan menolak dan menghalangi survei epidemiologi atau membantu dan bersekongkol dengan tindakan seperti itu, serta mengirimkan materi palsu," kata Pemerintah Kota Seoul dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters.

Pemerintah pun telah memanggil pihak gereja untuk meminta tanggapannya, tapi tidak dijawab. 

Baca Juga: Dibintangi Ong Seong Wu, Pemeran Drama ‘More Than Friends’ Deskripsikan Karakter Mereka

Sebelumnya, Pendeta Jun Kwang Hoon, dikenal sebagai seorang pengkritik keras kebijakan pemerintah.

Dirinya dipenjara kembali awal bulan ini karena telah menghadiri rapat umum pada 15 Agustus lalu yang melanggar jaminannya pada bulan April, ketika dia berpartisipasi dalam protes politik ilegal menjelang pemilihan parlemen dan didakwa dengan tuduhan melanggar hukum pemilihan.

Klaster baru yang diciptakan Gereja Sarang Jeil telah merugikan pemerintah dengan total setidaknya 13,1 miliar won atau setara Rp163.88 miliar, termasuk kerugian sebesar 4,6 miliar won atau setara Rp57.54 di Seoul.

Layanan Asuransi Kesehatan Nasional juga mengatakan akan menuntut gereja untuk ganti rugi senilai 5.5 miliar won atau setara Rp68.8 miliar.

Baca Juga: Dibintangi Ong Seong Wu, Pemeran Drama ‘More Than Friends’ Deskripsikan Karakter Mereka

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan 126 kasus baru pada Kamis tengah malam, yang membuat total kasus positif menjadi 22.783 orang, dengan 377 kematian.

Angka tersebut pernah mencapai puncaknya hingga angka 441 kasus. Namun, setelah pemerintah memberlakukan pembatasan jarak sosial tahap kedua, angka kasus pun mengalami penurunan kembali.

Tetapi pihak berwenang tetap waspada menjelang hari libur, terutama pada hari minggu ketika biasanya puluhan juta orang di Korea Selatan bepergian ke seluruh negeri.

"Masa liburan akan menjadi momen penting dalam kampanye anti-virus kami," kata Yoon Tae Ho, Direktur Jenderal Kebijakan Kesehatan Masyarakat di Kementerian Kesehatan.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler