WHO Imbau Negara-negara Kaya Agar Tak Serakah Beli Vaksin Covid-19

- 9 Januari 2021, 15:08 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19. /The New York Times

 

PR BEKASI - Vaksinasi Covid-19 sudah mulai dilakukan secara bertahap di beberapa negara, untuk mencegah penyebaran dan penularan Covid-19.

Namun, tidak semua negara dapat dengan cepat memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 bagi warganya lantaran terbentur masalah keuangan untuk membelinya terutama bagi negara-negara yang masuk pada kategori miskin.

Menanggapi peristiwa tersebut, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, meminta negara-negara kaya untuk berhenti menguasai suplai vaksin Covid-19.

Baca Juga: Selain Masukkan NIK KTP, Pemilik KIS Bisa Cek Data Penerima BST Rp300 Ribu di dtks.kemensos.go.id

Sebab, menurutnya, masih banyak negara-negara miskin yang belum mendapat kepastian suplai vaksin Covid-19 hingga saat ini.

Hal itu pun ia sampaikannya, termasuk cara untuk memperoleh vaksin dengan jalan pintas.

"Tidak boleh ada negara yang diperlakukan berbeda atau mengambil jalan pintas untuk menguasai suplai vaksin sementara negara lainnya tidak kebagian...Negara-negara kaya menguasai mayoritas suplai," kata Ghebreyesus, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Sabtu, 9 Januari 2021.

Selain itu, untuk suplai vaksin Covid-19 yang sudah dibeli, Ghebreyesus meminta negara yang memiliki dosis berlebih untuk mengalihkannya ke negara lain yang masih kekurangan dosis.

Baca Juga: Beberkan Nama-nama Calon Kapolri, Mahfud MD Beri Bantahan: Tak Ada Yang Masih Bintang 2

Hal tersebut, lanjutnya, bisa dilakukan lewat fasilitas milik COVAX. COVAX adalah inisiatif WHO untuk memastikan negara miskin mendapat cukup suplai vaksin Covid-19.

Diketahui bahwa sejauh ini, COVAX sudah mengumpulkan 6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari 7 miliar dolar AS yang dibutuhkan untuk mengadakan vaksin COVID-19 bagi 92 negara berkembang.

Namun, seperti yang sudah disampaikan, problem yang dihadapi sekarang adalah memastikan ada suplai vaksin yang bisa dibeli.

Sementara itu, negara-negara kaya atau blok yang diketahui sudah menguasai suplai vaksin dalam jumlah besar adalah Inggris, AS, Swiss, Israel, dan Uni Eropa. Uni Eropa, misalnya, baru saja mengabarkan telah mengamankan separuh dari total suplai vaksin Covid-19 yang bisa disediakan Pfizer untuk dunia.

Baca Juga: Dikira Warung Makan, Satu Keluarga Ini Ternyata Makan di Rumah Warga, Ini yang Akhirnya Terjadi

Karena Pfizer mengklaim bisa memproduksi 1.2 miliar dosis, maka Uni Eropa sudah mengamankan 600 juta dosis. Dan, Uni Eropa mensinyalkan belum akan berhenti mengamankan suplai vaksin untuk 450 juta warganya. Mereka mengincar vaksin dari pengembang lain seperti Moderna dan AstraZeneca.

"Ini problem nyata," kata Ghebreyesus yang tidak mau menuding negara manapun secara spesifik.

Hingga berita ini ditulis, di dunia tercatat ada 88 juta kasus dan 1.9 juta kematian akibat Covid-19. Dalam 24 jam terakhir, jumlah kasus bertambah 146.000. Beberapa di antaranya akibat varian baru Covid-19.

Sehingga, sejumlah negara masih melakukan kebijakan terkait pembatasan penerbangan untuk mencegah kenaikan kasus Covid-19.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x