Kembali Aksi Turun ke Jalan, Kepolisian Rusia Tangkap 4500 Demonstran Pendukung Alexei Navalny

- 1 Februari 2021, 20:11 WIB
lustrasi aksi unjuk rasa warga Rusia meminta pembebasan atas Alexei Navalny./The New York Times
lustrasi aksi unjuk rasa warga Rusia meminta pembebasan atas Alexei Navalny./The New York Times /

PR BEKASI - Pendukung Alexei Navalny kembali melakukan unjuk rasa untuk memprotes pemerintah Rusia dan meminta pembebasan atas Alexei Navalny.

Atas peristiwa unjuk rasa tersebut ratusan orang diamankan oleh pihak Kepolisian Rusia. Namun, tak hanya itu, Jumlah demonstran pro-Alexei Navalny yang ditangkap dan ditahan Kepolisian Rusia semakin bertambah.

Dikabarkan bahwa Kepolisian Rusia telah menahan kurang lebih 4500 demonstran dari berbagai kota di Rusia.

Baca Juga: Dituduh Lakukan Genosida ke Rohingya, Berikut Perjalanan Politik Aung San Suu Kyi Sebelum Dikudeta Militer

Yulia Navalnaya, istri dari Alexei Navalny, disebutkan termasuk salah satu yang ditangkap dalam unjuk rasa terkait.

"Jika kita diam saja, maka mereka bisa saja mengincar kita keesokan harinya," kata Navalnaya sebelum dirinya ditangkap oleh Kepolisian, sebagaimana dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Senin, 1 Februari 2021.

Selain menangkapi para demonstran pro Alexei Navalny, Kepolisian Rusia juga menerapkan kebijakan lockdown di Moscow.

Baca Juga: Jokowi Kecewa PPKM Tidak Efektif, Ganjar Pranowo Usulkan 'Gerakan Baru': Saya Ingin Lihat Jateng Sepi

Berbagai jalanan besar ditutup, terutama yang berdekatan dengan Kremlin, jantung pemerintahan Rusia.

Selain itu, terminal transportasi publik pun ditutup dengan ratusan personil dikerahkan untuk berpatroli.

Salah satu lokasi unjuk rasa adalah penjara di Moscow utara. Di sanalah Alexei Navalny ditahan. Membentuk barisan kolom, para demonstran mendesak kritikus anti-korupsi tersebut untuk dibebaskan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Hari Ini Datang ke Cikarang, Hadiri Peresmian Puskesmas Terpadu

Mereka juga mencoba untuk menyakinkan pasukan huru-hara bahwa mereka bukanlah musuh, namun penangkapan menjadi balasannya.

Ini bukan penahanan pertama. Dalam unjuk rasa yang berlangsung pekan lalu, penangkapan serupa juga terjadi. Jumlah demonstran yang ditahan relatif sama, kurang lebih 4000 orang.

Diketahui bahwa Alexei Navalny adalah kritikus yang nyaris tewas diracun tahun lalu. Ketika pulang ke Rusia pada 17 Januari 2021 lalu, usai menyelesaikan pengobatan di Jerman, ia ditangkap aparat.

Baca Juga: Ada Kabar Baik dari Ridwan Kamil untuk Tenaga Kesehatan di Bekasi yang Masih Nganggur

Selanjutnya, ia ditangkap lantaran dianggap telah melanggar aturan penangguhan hukuman atas kasus penipuan tahun 2014 silam.

Navalny membela diri bahwa urusan dia sudah beres dengan perkara itu, namun aparat tetap menahannya. Upaya bandingnya nihil dan sekarang ia harus mendekam di penjara hingga sidang perkaranya dimulai.

Jika ia terbukti melanggar, maka ia bisa dipenjara bertahun-tahun. Hal itulah yang kemudian memicu perlawanan dari pendukungnya.

Baca Juga: Semua Target di Komedi Sudah Tercapai, Denny Cagur: Enggak Ada Salahnya Gue Mulai Belajar Politik

"Saya tahu bahwa saya tinggal di negara yang tidak mengenal hukum. Ini negara dengan aparat yang berkuasa, tanpa pengadilan yang independen, serta korupsi yang bermain. Saya ingin hidup yang berbeda," kata salah satu pendukung Navalny, Yulia berusia 40 tahun.

Kepolisian Rusia menyatakan bahwa mereka yang ditahan bisa dijerat secara pidana. Pasa yang akan digunakan adalah menggelar dan menghadiri demonstrasi ilegal yang berpotensi menyebarkan Covid-19.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengutuk penangkapan dan penahanan tersebut. Menurutnya, Rusia secara konsisten menggunakan taktik jahat untuk melawan demonstran dan jurnalis yang beraksi secara damai.

Baca Juga: Kudeta Pemerintah Hingga Kuasai Myanmar, Berikut Profil Pemimpin Tertinggi Militer Min Aung Hlaing

Pemerintah Rusia membalas pernyataan tersebut, menyebut Amerika munafik. Menurut mereka, Amerika hanya ingin ikut campur saja untuk menahan langkah Rusia.

"Kita semua tahu Amerika seperti apa. Mereka tak ragu menembak." kata Kementerian Luar Negeri Rusia.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah