PR BEKASI - Perusahaan peretas telepon asal Israel, Cellebrite menjual teknologinya ke unit paramiliter Bangladesh yang terkenal kejam, ungkap sebuah dokumen.
Unit tersebut dikenal sebagai Batalyon Aksi Cepat yang disebut juga sebagai "pasukan kematian" oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Unit tersebut juga menghadapi tuduhan pembunuhan di luar hukum, penghilangan, dan penyiksaan terhadap warga sipil serta jurnalis.
Penjualan alat peretas itu terungkap sebagai bagian dari dokumen yang diajukan oleh seorang pengacara hak asasi manusia ke pengadilan Israel pada hari Senin, 7 Maret 2021.
Dokumen-dokumen yang diserahkan oleh pengacara Eitai Mack, diajukan sebagai bagian dari upaya untuk membuat Kementerian Pertahanan Israel menghentikan ekspor perusahaan teknologi tersebut ke Bangladesh dan menjelaskan kegagalan mereka untuk mencegah penyalahgunaan Cellebrite's UFED (Universal Forensic Extraction Device).
Sistem tersebut memungkinkan pihak berwenang untuk membuka dan mengakses data ponsel apa pun yang mereka miliki atau yang mereka targetkan.
Dokumen tersebut menyusul pengajuan lain, yang tidak ditanggapi oleh Kementerian Pertahanan, yang berusaha menghentikan penjualan teknologi dari Celebrity dan PicSix ke negara itu setelah penyelidikan Al Jazeera mengungkapkan tentara Bangladesh membeli kemampuan peretasan telepon dari mereka.