Setelah Tidak Aktif Sejak Tahun 1979, Gunung La Soufriere di Karibia Kini Kembali Meletus

- 10 April 2021, 15:35 WIB
Gunung La Soufriere di St. Vincent dan Grenadines, Karibia meletus pada Jumat, 9 April 2021 pagi.
Gunung La Soufriere di St. Vincent dan Grenadines, Karibia meletus pada Jumat, 9 April 2021 pagi. /Robertson S. Henry/REUTERS

PR BEKASI – Gunung berapi La Soufriere di St. Vincent dan Grenadines, Karibia meletus pada Jumat, 9 April 2021 setelah beberapa dekade tidak aktif.

Letusan tersebut telah menyebabkan keluarnya gumpalan abu dan asap gelap mengepul ke langit dan memaksa ribuan orang dari desa-desa sekitarnya untuk evakuasi.

Tidak aktif sejak 1979, Gunung La Soufriere mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan aktivitas pada bulan Desember 2020 lalu dengan mengeluarkan uap dan asap serta bergemuruh.

Baca Juga: Anggaran 2021, DPR Ingin Fokus Bangkitkan Ekonomi Lewat UMKM

Sebagai tindakan untuk mencegah jatuhnya korban jiwa, Perdana Menteri St. Vincent dan Grenadines Ralph Gonsalves telah memerintahkan evakuasi daerah sekitarnya pada Kamis, 8 April 2021 malam.

“Sekitar 4.500 penduduk di dekat gunung berapi telah dievakuasi melalui kapal dan jalan darat,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters.

Jatuhnya abu yang deras telah menghentikan upaya evakuasi karena jarak pandang yang buruk, menurut Organisasi Manajemen Darurat Nasional St. Vincent dan Grenadines.

Baca Juga: Punya Ayah Profesor, Najwa Shihab Sebut Belajar Ngaji Langsung dari Tafsir Al-Misbah

“Tempat secara umum sedang hiruk pikuk. Orang-orang masih dievakuasi dari zona merah, dimulai kemarin malam hingga tadi malam,” seorang sukarelawan penampungan.

Ralph Gonsalves mengatakan bahwa tergantung pada tingkat kerusakan, dibutuhkan waktu empat bulan sebelum pengungsi dapat kembali ke rumah.

Dengan berlinang air mata, dia mengatakan pulau-pulau tetangga seperti Dominika, Grenada dan Antigua telah setuju untuk menerima pengungsi dan jalur pelayaran dapat mengangkut mereka.

Baca Juga: Apakah Puasa Ramadhan di Tengah Pandemi Menurunkan Imunitas Tubuh?, Simak Penjelasan Satgas Covid-19

Akan tetapi, negara tujuan pengungsian tersebut akan menerima mereka selama telah divaksinasi Covid-19 terlebih dahulu.

“Orang-orang sangat takut dengan vaksin tersebut dan mereka memilih untuk tidak datang ke penampungan karena pada akhirnya mereka harus mematuhi protokol,” katanya.

Gunung La Soufriere akhirnya meletus pada Jumat pagi dengan mengeluarkan abu dan asap membanjiri daerah tetangga menjadi hampir gelap total.

Baca Juga: Wapres Anjurkan Masyarakat Zona Merah Covid-19 Beribadah Ramadhan di Rumah Saja

“Abu dari letusan gunung itu menutupi matahari pagi yang cerah. Ledakan yang lebih kecil terus berlanjut sepanjang hari,” kata salah satu saksi mata.

Erouscilla Joseph, direktur di Pusat Penelitian Seismik Universitas Hindia Barat, mengatakan bahwa aktivitas semacam ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

“Ini baru letusan permulaan, letusan bisa terus berlanjut hingga berbulan-bulan lamanya,” katanya.

Baca Juga: Lafal Niat Salat Tarawih Berjamaah dan Sendirian Lengkap dengan Latin Beserta Artinya

Pusat penelitian seismic Karibia memperkirakan kolom letusan gunung tersebut dapat mencapai ketinggian 10 kilometer.

Hujan abu diperkirakan dapat mempengaruhi St. Vincent dan Grenadines, Barbados, St. Lucia, serta Grenada.

"Asap abu dapat menyebabkan penundaan penerbangan karena pengalihan," kata mereka di Twitter.

Baca Juga: Mendag Apresiasi Produk UMKM Besutan HIPMI Mampu Tembus Pasar Internasional

"Di tanah, abu dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada orang yang menderita penyakit pernapasan dan akan berdampak pada sumber daya air," kata mereka.

Media lokal dalam beberapa hari terakhir juga melaporkan peningkatan aktivitas dari

Gunung Pelee di pulau Martinik, yang terletak di sebelah utara St. Vincent dan Grenadines di luar St. Lucia.

Baca Juga: Jadi Kado Ulang Tahun ke-50, Mobil Hybrid ini Akan segera Diproduksi di Karawang

Gunung La Soufriere terakhir meletus pada 1972 yang mengakibatkan St. Vincent dan Grenadines menerima kerugian sebesar 100 juta dollar AS atau sekitar Rp1.5 triliun.

Sementara itu, letusan terparah terjadi pada tahun 1902 menewaskan lebih dari 1.000 orang di sekitar gunung yang namanya berarti "pabrik belerang" dalam bahasa Prancis.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x