Covid-19 di India Makin Mengerikan, Dokter Ini Mengaku Harus Putuskan Siapa yang Hidup dan Mati

- 6 Mei 2021, 19:45 WIB
Ilustrasi situasi pandemi Covid-19 di India. Pengakuan seorang dokter di India yang harus memutuskan siapa yang akan hidup dan siapa yang akan mati ketika pasien datang kepadanya dengan terengah-engah.*
Ilustrasi situasi pandemi Covid-19 di India. Pengakuan seorang dokter di India yang harus memutuskan siapa yang akan hidup dan siapa yang akan mati ketika pasien datang kepadanya dengan terengah-engah.* /Reuters/Danish Siddiqui

PR BEKASI – Lonjakan kasus Covid-19 di India kian tak terkendali, bahkan mengkhawatirkan.

Pasalnya, beberapa dokter di Rumah Sakit (RS) di India dikabarkan terpaksa harus menentukan siapa yang hidup dan siapa yang meninggal.

Hal tersebut diungkapkan dokter muda berusia 26 tahun, dr. Rohan Aggarwal.

Dia mengaku bahwa dirinya belum menyelesaikan pelatihan medisnya yang sebenarnya baru selesai pada tahun depan.

Baca Juga: Pemudik Bakal Diisolasi di Tempat Angker, Kapolres Bogor: Kami Saja ke Sana Siang-siang Ngeri, Apalagi Malam

Namun, di salah satu rumah sakit terbaik di India, dia ditunjuk sebagai dokter yang harus memutuskan siapa yang akan hidup dan siapa yang akan meninggal ketika pasien datang kepadanya dengan terengah-engah dan anggota keluarga mereka memohon belas kasihan.

Namun saat sistem perawatan kesehatan India sedang tergopoh-gopoh di ambang kehancuran selama gelombang kedua Covid-19 yang ganas.

Dr. Aggarwal membuat keputusan itu selama 27 jam kerja, termasuk shift malam yang suram yang bertanggung jawab atas ruang gawat darurat di rumah sakitnya di New Delhi.

Baca Juga: Melinda Gates Jadi Janda Terkaya di Dunia Usai Bercerai dari Bill Gates, Ternyata Segini Harta Gono Gininya

Semua orang di RS Holy Family termasuk pasien, keluarga pasien dan staf tahu bahwa tidak ada cukup tempat tidur, tidak cukup tangka oksigen atau ventilator untuk menjaga semua orang yang tiba di gerbang depan rumah sakit agar tetap hidup.

"Siapa yang akan diselamatkan, siapa yang tidak diselamatkan seharusnya ditentukan oleh Tuhan," kata dr. Aggarwal dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Kamis, 6 Mei 2021.

"Kami tidak diciptakan untuk hal ini kami hanyalah manusia. Tetapi pada saat ini, kami diharuskan untuk melakukan (keputusan) ini," sambungnya.

Baca Juga: Alasan 'Sembunyikan' Wajah Anaknya dengan Stiker, Denada: Aku Sempat Tutup Semua Cermin di Rumah

India telah melaporkan rekor global lebih dari 300.000 kasus harian selama dua minggu terakhir.

Di ibu kota New Delhi, tercatat setidanya kurangnya 20 tempat tidur dari lebih 5.000 tempat tidur ICU Covid-19.

Pasien selalu bergegas dari rumah sakit ke rumah sakit lain, meninggal di jalan atau di rumah, sementara truk tangki oksigen bergerak di bawah penjagaan bersenjata ke fasilitas dengan stok sangat rendah.

Baca Juga: Mobil Berpelat Kekaisaran Sunda Nusantara Ditilang, Sang 'Jenderal' Kini Diperiksa Kejiwaannya

Krematorium bekerja sepanjang waktu, mengeluarkan asap saat jenazah korban tiba setiap beberapa menit.

Selama shift maratonnya, yang didokumentasikan Reuters untuk memberikan salah satu laporan paling komprehensif dari rumah sakit yang kewalahan selama gelombang mengerikan di India.

Dr Aggarwal mengatakan dia khawatir apa yang akan terjadi jika dia terinfeksi juga, mengetahui bahwa rumah sakitnya sendiri tidak mungkin menemukannya tempat tidur.

Baca Juga: Mobil Berpelat Kekaisaran Sunda Nusantara Ditilang, Sang 'Jenderal' Kini Diperiksa Kejiwaannya

Dia tidak divaksinasi karena sakit pada bulan Januari ketika suntikan untuk profesional medis sedang dilakukan.  Namun dia sempat merasa tenang karena pada bulan Februari jumlah penularan relatif rendah. Namun dugaannya salah.

"Kami semua salah paham bahwa virus itu telah hilang," katanya.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x