"Lokasi pasti dari dampak dan rentang puing, keduanya tidak diketahui saat ini, tidak akan dirilis oleh Komando Luar Angkasa AS," katanya dalam sebuah pernyataan di situsnya.
Long March adalah penyebaran kedua dari varian 5B sejak penerbangan perdananya pada Mei 2020.
Tahun lalu, potongan dari Long March 5B pertama jatuh di Pantai Gading, merusak beberapa bangunan namun tidak menimbulkan korban luka.
NASA mengkritik sikap China yang dianggap ceroboh dalam menentukan jatuhnya roket buatannya tersebut yang dapat menimbulkan korban jiwa.
Hal tersebut dikatakan oleh administrator NASA Bill Nelson, mantan senator dan astronot dalam sebuah pernyataan saat roket tersebut masuk kembali ke atmosfer Bumi.
"Negara antariksa harus meminimalkan risiko terhadap orang dan properti di Bumi dari masuknya kembali objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi tersebut," katanya.
Menurutnya, China telah gagal memenuhi standar sebagai negara antariksa karena mereka tidak bertanggung jawab terhadap jatuhnya serpihan roket tersebut.
"Jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing luar angkasa mereka," katanya.