Namun dirinya kemudian tersadar bahwa apa yang dilakukannya tersebut merupakan tindakan bersifat apartheid (pemisahan ras) seperti yang pernah terjadi di Afrika Selatan.
“Dengan cepat kemudian saya menyadari bahwa pekerjaan saya adalah untuk mempertahankan sistem apartheid yang telah lama dilakukan Israel terhadap Palestina,” katanya.
Eran Efrati mengatakan, tentara Israel tidak boleh menindak para pemukim Yahudi jika menyerang warga Palestina karena hal tersebut merupakan hak pihak kepolisian
Baca Juga: Tidak Hanya Tembaki Warga Palestina di Gaza, Israel Baru Saja Serang Lebanon dengan Roket
Sebaliknya, tentara Israel justru dibebaskan untuk menindak warga Palestina yang menyerang pemukim Yahudi.
“Saya kemudian menyedari dan memahami bahwa ada seseorang yang berdusta kepadaku selama ini, ternyata selama ini saya tidak berada di pihak yang benar. Saya merasa hancur mengetahui kenyataan itu,” katanya.
Menurutnya, tentara Israel bertugas untuk menakut-nakuti warga Palestina agar mereka tidak berani melakukan perlawanan.
Baca Juga: Bingung Indonesia Selalu Dukung Palestina? Ternyata Presiden Pertama Kita Segalak Ini ke Israel
“Ini benar-benar pekerjaan teroris. Pekerjaan saya selama menjadi tentara adalah hanya menakuti orang Palestina agar mereka tidak berpikir untuk melawan para pemukim Yahudi dan Tentara Israel,” kataya.
Eran Efrati mengatakan menanamkan rasa takut di hati warga Palestina selamanya merupakan misi utama dari tentara Israel.