Terancam Dipenjara, Kekuasaan PM Israel Benjamin Netanyahu Kini di 'Ujung Tanduk'

- 4 Juni 2021, 10:52 WIB
Demonstran memakai topeng Benjamin Netanyahu dengan kostum tahanan dan borgol mainan di Yerusalem.
Demonstran memakai topeng Benjamin Netanyahu dengan kostum tahanan dan borgol mainan di Yerusalem. /Reuters/Ammar Awad

Namun jika pembelotan di detik-detik terakhir membuat aliansi perubahan gagal terbentuk, Israel kemungkinan harus mengadakan pemilu lagi. Pemilu yang kelima hanya dalam waktu dua tahun.

Yair Lapid (57) adalah seorang sentris sekuler yang mengepalai partai tengah-oposisi Yesh Atid. Ia menunda ambisinya menjadi Perdana Menteri Israel untuk menengahi kesepakatan koalisi.

Baca Juga: Ayah Rozak Rayakan Ulang Tahun ke-59, Ayu Ting Ting dan Keluarga Beri Kejutan Sederhana

"Saya berjanji bahwa pemerintah ini akan bekerja untuk melayani semua warga Israel, mereka yang memilihnya dan mereka yang tidak," tulisnya di Facebook miliknya.

Pengumuman itu mengakhiri empat minggu negosiasi panjang sejak Presiden Israel Reuven Rivlin menugaskan Yair Lapid untuk mencoba membentuk koalisi pemerintahan setelah Netanyahu gagal.

Sementara itu Naftali Bennett (49) yang merupakan mantan anak didik Netanyahu, adalah kunci dari kesepakatan untuk menggulingkannya.

Baca Juga: Infeksi Misterius Intai India, Ternyata Jauh Lebih Mematikan dari Covid-19?

Pada Minggu, 30 Mei 2021, Bennett kepala blok Yamina telah mengumumkan bahwa dia akan bergabung dengan Lapid.

"Empat pemilu telah membuktikan kepada kita semua bahwa tidak ada pemerintahan sayap kanan yang dipimpin oleh Netanyahu. Ini adalah pemilu yang kelima," kata Bennett.

Koalisi baru ini termasuk partai Harapan Baru dari mantan sekutu Netanyahu, Gideon Sa'ar dan partai nasionalis sekuler Avigdor Lieberman, Yisrael Beiteinu.

Halaman:

Editor: Puji Fauziah

Sumber: New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah