Tidak Mau Divaksinasi, Wanita Belgia Meninggal Akibat Tertular Dua Varian Covid-19 Sekaligus

- 12 Juli 2021, 09:47 WIB
Penerima dosis vaksin COVID-19 Pfizer/BioNtech di panti jompo La Bonne Maison de Bouzanton di Mons, Belgia.
Penerima dosis vaksin COVID-19 Pfizer/BioNtech di panti jompo La Bonne Maison de Bouzanton di Mons, Belgia. /Reuters/Francisco Seco/Pool


PR BEKASI - Seorang wanita asal Belgia berusia 90 tahun meninggal karena tertular dua varian Covid-19 secara bersamaan pada Maret 2021.

Media Belgia melaporkan bahwa wanita tersebut meninggal karena tidak mau melakukan vaksinasi Covid-19.

Menurut penelitian ilmiah, tertularnya dua varian Covid-19 pada saat yang sama diyakini sebagai kasus pertama yang terdokumentasi dari jenisnya.

Kasus yang dibahas pada Kongres Eropa tentang Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular (ECCMID) tahun ini, menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk menangkap dua varian Covid-19 secara bersamaan.

Baca Juga: Cuma 30 Menit, Janda Bolong Ini Ludes Terjual dengan Harga Fantastis di Belgia, Kok Bisa?

Masyarakat mengatakan bahwa wanita itu menjadi sakit dengan tipe Alpha dan Beta yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan Afrika Selatan.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Senin, 12 Juli 2021, seorang dokter yang menanganinya mengatakan bahwa wanita tersebut bisa tertular infeksi dari dua orang yang berbeda.

"Wanita tersebut dirawat di sebuah rumah sakit di Aalst dekat Brussels dan belum divaksinasi," kata penyiar publik berbahasa Belanda VRT Belgia.

Belgia dilaporkan telah menghadapi masalah pengiriman vaksin pada awal tahun 2021 dan program vaksinasinya dimulai dengan lambat.

Baca Juga: Seniman Belgia Ciptakan Gelembung 'Oasis Portable' Bebas Covid-19

Meskipun UE kini telah mengirimkan vaksin untuk mencakup 70 persen populasinya.

"Uni Eropa telah menepati janjinya. Akhir pekan ini kami telah mengirimkan cukup vaksin ke negara-negara anggota agar dapat memvaksinasi sepenuhnya setidaknya 70 persen orang dewasa UE bulan ini," kata von der Leyen.

Mengutip dari diskusi di kongres 9-12 Juli yang mengatakan bahwa dokter percaya itu adalah kasus pertama yang terdokumentasi dari jenisnya, meskipun jarang, infeksi ganda serupa juga bisa terjadi.

"Kedua varian itu beredar pada bulan Maret di Belgia," kata Anne Vankeerberghen selaku ahli biologi molekuler.

"Oleh karena itu, kemungkinan besar wanita ini terinfeksi oleh dua orang yang berbeda dengan dua varian virus. Sayangnya, kami tidak tahu bagaimana infeksi ini terjadi," katanya.

Sementara itu, Komisi Eropa, telah memperingatkan bahwa mereka memperkirakan varian Delta akan menjadi dominan di Eropa musim panas ini.

Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa varian Delta mengurangi efektivitas vaksin terhadap infeksi simtomatik, tetapi dengan dua dosis vaksin Covid-19 sangat efektif dalam mencegah penyakit serius dan kematian.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah