Kampus Korea Selatan Ubah Tinja Manusia Jadi Energi Terbarukan, BAB dapat Bayaran

- 13 Juli 2021, 08:31 WIB
Cho Jae-weon berdiri di sebelah tangki kotoran di Ulsan.
Cho Jae-weon berdiri di sebelah tangki kotoran di Ulsan. /Reuters/Minwoo Park

 

PR BEKASI – Selama ini kita sudah sering mendengar energi terbarukan yang berasal dari tinja hewan, tetapi bagaimana dengan yang berasal dari tinja manusia?

Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST) di Korea Selatan berhasil mengolah tinja semua orang yang berada di kampus, menjadi sumber energi listrik bahkan membuat kehidupan mahasiswa lebih mudah.

Hal ini berkat toilet 'hijau' cerdas yang mengubah tinja manusia menjadi biogas dan pupuk kandang, siswa UNIST dapat menikmati hak istimewa berupa listrik gratis yang berkelanjutan untuk memberi daya pada bangunan mereka.

Tak berhenti disitu mahasiswa juga ‘mendapat bayaran’ setiap buang air besar (BAB) menggunakan toilet yang dijuluki 'BeeVi', menjadi mata uang digital yang disebut 'Ggool', yang diterjemahkan menjadi 'Sayang'.

Baca Juga: Biaya dan Proses Pernikahan di Korea Selatan Tidak Jauh Berbeda dengan Indonesia, Begini Faktanya

Sementara, nama toilet itu sendiri merupakan permainan kata 'Bee' dan 'vision'.

Mata uang Ggool itu dapat digunakan untuk membeli barang-barang di area kampus.

Toilet BeeVi, dirancang oleh profesor UNIST Cho Jae-weon, toilet itu mengeluarkan tinja melalui pompa vakum ke dalam tangki bawah tanah.

Dari sana, limbah tersebut kemudian dipecah menjadi metana yang diubah universitas menjadi energi untuk menyalakan gedung mereka.

Baca Juga: Jang Hansol dan Han Jong Dae Bongkar Prosesi Pernikahan di Korea Selatan, Biayanya Bikin Melongo

Memberi daya gratis untuk kompor gas, pemanas air panas, dan sel bahan bakar oksida padat.

Mahasiswa yang menyumbangkan tinja miliknya untuk di toilet hijau dapat mengubah limbah mereka menjadi mata uang digital milik universitas, Ggool.

Mereka kemudian dapat menggunakan Ggool yang mereka kumpulkan untuk membayar barang-barang di kampus, seperti secangkir kopi, ramyeon hangat, pisang sehat, dan bahkan buku.

Setiap penggunaan toilet BeeVi akan mengkredit siswa dengan 10 Ggool sehari.

Baca Juga: Media Korea Selatan Soroti YouTuber Arief Muhammad, Akui Sebagai Penggemar BTS

"Jika kita berpikir out of the box, kotoran memiliki nilai yang berharga untuk dijadikan energi dan pupuk. Saya telah memasukkan nilai ini ke dalam sirkulasi ekologis," kata Cho, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Mashabel pada Selasa, 13 Juli 2021.

500 gram kotoran jumlah yang dihasilkan oleh rata-rata orang dapat diubah menjadi 50 liter gas metana, menurut Cho.

Jumlah 50 liter metana, sekitar 0.5 kilowatt jam (kWh) listrik dapat dihasilkan. Tenaga ini cukup untuk menggerakkan mobil sejauh 1.2 kilometer.

Sehingga ketika seluruh mahasiswa yang menggunakan toilet tersebut akan begitu banyak jumlah daya yang dapat dihasilkan.

Baca Juga: 7 Makanan Khas Korea Selatan yang Wajib Dicoba Ketika Berkunjung ke Sana, Salah Satunya Kimbap

Ini adalah situasi yang dinilai saling menguntungkan bagi universitas dan mahasiswanya.

"Saya hanya pernah berpikir bahwa kotoran itu kotor, tetapi sekarang itu adalah harta yang sangat berharga bagi saya," kata pasca-sarjana UNIST Heo Hui-jin.

"Saya bahkan berbicara tentang kotoran selama waktu makan, berpikir tentang membeli buku apa pun yang saya inginkan (hasil dari tinja yang disumbangkan)," ujarnya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Mashable


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah