WHO Beri 'Peringatan' Negara Kaya, Tak Boleh Pesan Booster Dosis Covid-19 Disaat Negara Lain Masih Membutuhkan

- 13 Juli 2021, 09:36 WIB
Ilustrasi. WHO Beri 'Peringatan' Negara Kaya, Tak Boleh Pesan Booster Dosis Covid-19 Disaat Negara Lain Masih Membutuhkan
Ilustrasi. WHO Beri 'Peringatan' Negara Kaya, Tak Boleh Pesan Booster Dosis Covid-19 Disaat Negara Lain Masih Membutuhkan /Reuters/Jose Luis Gonzalez


PR BEKASI - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringatan kepada negara-negara kaya seharusnya tidak memesan suntikan penguat untuk populasi yang divaksinasi sementara negara-negara lain belum menerima vaksin Covid-19.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan bahwa kematian kembali meningkat saat pandemi Covid-19.

Dengan varian Delta yang menjadi dominan, selain itu juga banyak negara belum menerima dosis vaksin yang cukup untuk melindungi petugas kesehatan mereka.

"Varian Delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus dan kematian Covid-19," kata Tedros, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Selasa, 13 Juli 2021.

Baca Juga: WHO: Tragis ketika Kasus Kematian Global Covid-19 Sentuh Angka 4 Juta Jiwa Manusia

Dalam pengarahannya, WHO juga mencatat bahwa varian Delta yang sangat menular, kini telah ditemukan di lebih banyak negara dari 104 negara.

“Kesenjangan global dalam pasokan vaksin Covid-19 sangat tidak merata. Beberapa negara dan wilayah sebenarnya memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lain memiliki pasokan untuk memvaksinasi petugas kesehatan mereka dan yang paling rentan,” katanya.

Dia juga telah memilih pembuat vaksin Pfizer dan Moderna sebagai perusahaan yang bertujuan untuk memberikan suntikan booster di negara-negara di mana sudah ada tingkat vaksinasi yang tinggi.

Tedros mengatakan bahwa mereka seharusnya mengarahkan dosis mereka ke COVAX, yaitu program berbagi vaksin terutama untuk negara-negara berpenghasilan menengah dan miskin.

Baca Juga: WHO 'Marahi' Negara-negara yang Terburu-buru Cabut Aturan Lockdown, Khawatirkan Kondisi Rumah Sakit

Sedangkan Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, mengatakan bahwa badan kesehatan global sejauh ini belum melihat bukti yang menunjukkan bahwa suntikan booster diperlukan bagi mereka yang telah menerima vaksin lengkap.

Sementara booster mungkin diperlukan suatu hari nanti dan belum ada bukti bahwa mereka dibutuhkan.

“Harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka perlu diberikan sebagai dosis booster,” kata Swaminathan.

Selain itu, Mike Ryan selaku kepala program kedaruratan WHO merasa malu dan marah pada negara-negara kaya tersebut.

Baca Juga: WHO Beri Rekomendasi Obat Roche dan Sanofi untuk Kurangi Risiko Kematian Covid-19

Dia juga mengatakan bahwa saat ini WHO mengutuk ratusan juta orang karena tidak memiliki perlindungan.

"Kami akan melihat ke belakang dalam kemarahan, dan kami akan melihat ke belakang dengan rasa malu," kata Ryan.

Hal itu ditujukan kepada negara-negara menggunakan dosis yang berharga pada suntikan booster, pada saat orang-orang yang rentan masih sekarat tanpa vaksin di tempat lain.

"Ini adalah orang-orang yang hanya ingin memiliki kue dan memakannya, dan kemudian mereka ingin membuat kue lagi dan memakannya juga," katanya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x