Gegara Donor Darah yang Gagal, Wanita asal Kanada Tak Bisa Gerakkan Tangan Kanannya

- 6 Agustus 2021, 11:04 WIB
Gabriela Ekman telah kehilangan mobilitas di lengan kanannya setelah melakukan donor darah.
Gabriela Ekman telah kehilangan mobilitas di lengan kanannya setelah melakukan donor darah. /Facebook/Mothership.sg

PR BEKASI - Seorang wanita berusia 21 tahun telah kehilangan mobilitas di lengan kanannya setelah melakukan donor darah.

Dilaporkan donor darah yang dilakukannya gagal, karena seorang perawat yang diduga salah mengambil dalam darah, di mana perawat tersebut mengambil darah dari salah satu arterinya, bukan dari venanya.

Gabriela Ekman yang berasal dari Ontario, Kanada, baru saja menginjak usia 17 tahun ketika dia memutuskan untuk mendonorkan darah untuk pertama kali dalam hidupnya.

Baca Juga: Syarat Donor Darah yang Harus Dipenuhi Pendonor Baru, Apa Saja?

Dia berharap hal itu akan membuat perbedaan, bahkan mungkin bisa menyelamatkan hidup seseorang.

Tetapi dia tidak tahu jika donor darah itu benar-benar akan mengubah hidupnya menjadi lebih buruk.

Ketika dia pergi untuk donor darah yang diselenggarakan oleh Canadian Blood Services empat tahun lalu, dia tidak tahu apa yang diharapkannya.

Baca Juga: Hari Donor Darah Sedunia 2021, Anies Baswedan Sumbang Darah di PMI DKI Jakarta

Namun, ketika phlebotomist yang mengambil darahnya mengeluarkan UPS di lengannya, dia tahu bahwa ada yang tidak beres.

Tapi dia tidak mengatakan apa-apa, bahkan ketika staf berkomentar tentang bagaimana darahnya teroksigenasi, indikasi bahwa itu mungkin berasal dari arteri, bukan vena.

Sehingga pada saat dia menyadari ada sesuatu yang salah, hal itu sudah terlambat.

Baca Juga: Warga Bekasi, Simak Jadwal Donor Darah PMI Kota Bekasi

“Mungkin sekitar 10 hingga 15 menit kemudian saya mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Saya belum pernah mendonorkan darah sebelumnya, jadi saya tidak tahu apa yang akan terjadi," kata Gabriela kepada CTV News baru-baru ini, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Oddity Central pada Jumat, 6 Agustus 2021.

Ketika Gabriela menindaklanjuti dengan anggota donor darah tentang rasa sakit di lengannya, dia diberitahu untuk pergi ke rumah sakit.

Dia kemudian pergi kerumah sakit, tetapi dokter di sana tidak menemukan sesuatu yang salah, dan menyuruhnya pulang.

Baca Juga: Tri Adhianto Tinjau Aksi Donor Darah yang Digelar IARMI dan PMI Kota Bekasi

Pada minggu-minggu berikutnya, wanita muda itu tidak dapat meluruskan lengannya, dan mengalami memar dari pergelangan tangan hingga bahunya.

Pada saat dia kembali ke rumah sakit, Gabriela mengetahui bahwa situasinya adalah situasi darurat.

“Saat itulah kami mendapat konfirmasi bahwa pengambilan darah saya pasti berasal dari arteri saya daripada vena saya,” kata Gabriela.

Baca Juga: Sambut Hari Jadi ke-70 Kabupaten Bekasi, Karang Taruna Gelar Aksi Donor Darah

Gabriela Ekman kemudian menjalani operasi darurat di lengannya untuk menghentikan pendarahan, menghilangkan pembekuan darah yang telah berkembang, dan menutup lubang di arterinya.

Meskipun hal itu menyelamatkan hidupnya, tetapi tampaknya tidak ada bandingnya dengan rasa sakit yang menyiksa dan hilangnya mobilitas di lengannya.

Walaupun dia telah menjalani beberapa prosedur dan sesi fisioterapi lainnya, tapi sepertinya tidak ada yang berhasil.

Baca Juga: MUI Beri Penjelasan Terkait Hukum Donor Darah Saat Menjalankan Puasa

Wanita muda itu didiagnosis dengan bentuk nyeri kronis yang disebut Complex Regional Pain Syndrome (CRPS).

CRPS merupakan suatu kondisi langka yang terkait dengan cedera traumatis.

Sementara dokter hanya tahu sedikit tentang kondisi ini, selain fakta bahwa kondisi ini dapat berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, dan ditandai dengan rasa terbakar, bengkak, kejang, dan hipersensitivitas pada anggota tubuh yang terkena.

Kenyataannya Gabriela telah hidup dengan CRPS selama empat tahun sekarang dan tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang nyata.

Baca Juga: Istri Chico Hakim Meninggal Dunia, Sempat Cari Donor ASI untuk Anaknya yang Baru Lahir

Dia masih belum memulihkan mobilitas di lengan kanannya, dan perlu memakai penyangga hampir sepanjang waktu, karena lengannya secara fisik tidak akan lurus lagi.

“Rasanya seperti menghancurkan hidup saya, itu merenggut masa depan saya,” katanya.

"Saya tidak bisa melihat ke cermin tanpa memikirkan betapa saya telah terluka dan bagaimana masa depan saya terasa seperti diambil dari saya karena mencoba memberikan kehidupan kepada orang lain," ujar Gabriela.

Baca Juga: Hari Donor Darah Sedunia 2021, PMI Kota Bekasi Luncurkan Gerakan 1.000 Kantong Darah

Pada usia 21 tahun, Gabriela Ekman bergantung pada ibunya untuk membantunya dalam melakukan tugas sehari-hari, seperti memasak, dan mengemudi dari satu tempat ke tempat lain.

Dia terpaksa menghadiri community college di dekatnya sehingga dia bisa tinggal bersama keluarganya, dia juga telah berjuang dengan sekolahnya meskipun sedang sakit kronis.

Kesehatan mentalnya juga dipengaruhi oleh CRPS, dan telah menerima perawatan untuk PTSD, kecemasan dan depresi.

Halaman:

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Oddity Central


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x