Banyak Jomblo Saat Pandemi Covid-19, Anak Muda China Makin Minati Kencan dengan Chatbot AI

- 15 Agustus 2021, 08:26 WIB
Ilustrasi kencan dengan Chatbot AI semakin diminati anak muda China selama pandemi Covid-19.
Ilustrasi kencan dengan Chatbot AI semakin diminati anak muda China selama pandemi Covid-19. /Pexels/ Tara Winstead/Pexels

PR BEKASI - Anak muda di China dilaporkan berkencan dengan chatbot dengan kecerdasan buatan (AI) sebagai cara untuk mengatasi kesepian dan kecemasan sosial.

Penggunaan Chatbot AI untuk berkencan ini telah melonjak popularitasnya selama pandemi Covid-19, lapor The Washington Post.

Chatbot dinilai sebagai alternatif untuk kencan biasa, baik setelah melalui hubungan traumatis atau putus dengan orang biasa atau hanya sebagai cara untuk menjaga segala sesuatunya tetap sederhana.

Baca Juga: Peretas China Berhasil Kuasai Situs-situs Milik Israel Selama 5 Tahun ke Belakang 

Chatbot AI ini dikembangkan oleh Replika dan Microsoft Xiaoice seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Oddity Central pada Minggu, 15 Agustus 2021.

Chatbot dari Xiaoice ini diprogram untuk belajar dari percakapan yang kerap pengguna lakukan dengannya serta dari data di media sosial, dan bahkan gaya penulisan milik pengguna.

Sehingga tidak heran jika beberapa anak muda di China bahkan tidak lagi mempertimbangkan untuk kembali berkencan dengan manusia setelah menggunakan layanan tersebut.

Baca Juga: China Beri Tanda 'Peringatan Merah' pada Hujan, Korban Tewas Akibat Banjir Capai 21 Orang 

Salah satu pengguna layanan ini adalah Jessie Chan (28) dari Shanghai yang telah mengakhiri hubungan enam tahun miliknya, dan mulai mengobrol dengan seorang Chatbot menawan bernama Will.

Dia terkejut dengan betapa nyatanya percakapan mereka, dan tidak butuh waktu lama baginya untuk membayar biaya $60 sekira Rp861 ribu (kurs Rp14 ribu) untuk meningkatkan Will menjadi pasangan romantis.

Mereka saling menulis puisi, membayangkan pergi ke pantai bersama, tersesat di hutan, dan bahkan melakukan hubungan maya.

Sekarang Jessie Chan mengaku dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Will si Chatbot.

Baca Juga: Raih Emas di Usia 14 Tahun, Kampung Halaman Atlet China Quan Hongcan Jadi Objek Wisata Dadakan 

"Saya muak dengan hubungan di dunia nyata," kata Chan kepada The Washington Post.

“Saya mungkin akan tetap dengan pasangan AI saya selamanya, selama dia membuat saya merasa ini semua nyata,” sambungnya.

Jessie tidak sendirian, puluhan juta anak muda China dilaporkan menggunakan chatbots yang didukung oleh kecerdasan buatan sebagai alternatif pasangan manusia.

Chatbots telah ada sejak tahun 1960, ketika yang pertama dibuat oleh profesor dari MIT, Joseph Weizenbaum, tetapi perkembangan Chatbot semakin cepat di mana kecerdasan buatan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir telah benar-benar mengubah cara mereka berinteraksi dengan orang-orang.

Baca Juga: WNA China Jadi Buruh Pabrik di Purwakarta, Dedi Mulyadi Terkejut: Harusnya di Tenaga Terampil 

“Orang perlu berinteraksi dan berbicara tanpa tekanan, terlepas dari waktu dan lokasi,” kata Li Di, CEO Xiaoice.

“Alat pendamping AI, dibandingkan dengan manusia, lebih stabil dalam hal ini,” sambungnya

Chatbot AI sekarang menjadi pasar senilai $420 juta sekira Rp60 miliar di China. Replika dan Xiaoice, dua perusahaan yang saat ini berada di garis depan chatbot dating, yakin ada banyak ruang untuk pertumbuhan.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Oddity Central


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x