Liput Taliban Disebut Menantang bagi Jurnalis Perempuan, Koresponden di Afghanistan: Mereka Tak 'Melihat' Anda

- 28 Agustus 2021, 15:03 WIB
Ilustrasi. Koresponden media di Afghanistan mengatakan bahwa meliput Taliban sangat menantang bagi perempuan.
Ilustrasi. Koresponden media di Afghanistan mengatakan bahwa meliput Taliban sangat menantang bagi perempuan. /Pixabay/ArmyAmber

PR BEKASI - Ketua koresponden internasional sebuah media berita, Clarissa Ward tak bisa berhenti melirik memar di lengannya yang didapat di Afghanistan.

Diingatnya memar tersebut sebagai penanda pelariannya yang mengerikan pekan lalu dari Afghanistan.

Di akhir perjalanan saat melaporkan jatuhnya pemerintahan Afghanistan ke tangan Taliban, Clarissa Ward melihat kondisi bandara Kabul yang penuh sesak.

Baca Juga: Beri Pesan ke Taliban, Jurnalis Amerika: Negara Terbaik Bagi Muslim Adalah Negara Sekuler

Tampak olehnya orang-orang putus asa yang berdesak-desakan untuk segera meninggalkan negara itu.

Dia dan krunya berpegangan tangan dan membentuk rantai, tetapi ketika gerbang penerbangan mereka dibuka, kerumunan itu mendekat ke arah mereka.

"Saya yang terakhir (dalam antrian)," katanya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari NPR pada Sabtu, 28 Agustus 2021.

Baca Juga: Jurnalis Amerika Sebut Taliban Manupulasi Syariah: Demi Agenda Ekstremis dan Patriarki

"Orang di sisi lain ini baru saja meraih lengan saya dan merobek saya melalui pintu. Dan sejujurnya, saya pikir kita semua menangis karena itu sangat memilukan dan intens dan mendalam," sambungnya.

Dia meninggalkan Kabul pada Sabtu lalu dengan penerbangan Angkatan Udara AS ke Doha, Qatar.

Ada sekitar 300 pengungsi dalam penerbangan yang sama dengannya, tetapi pikirannya tak berhenti pada orang-orang yang tertinggal.

Baca Juga: Jurnalis Perempuan AS Ditodong Senapan AK-47 oleh Taliban saat Liputan di Afghanistan

"Ada anak-anak kecil yang melolong dan meratap. Dan Anda berdiri di sana sambil berpikir: Ini sangat salah. Mengapa saya harus masuk? Hanya karena saya memiliki paspor ini? Rasanya sangat salah," ujarnya.

Dia pertama kali berbicara dengan Taliban sekitar satu setengah tahun yang lalu ketika dia diberi akses ke desa yang dikuasai kelompok tersebut.

Dalam perjalanan terakhirnya, dia meliput militer Afghanistan di Kandahar tepat sebelum jatuh.

Baca Juga: Tembak Manajer Radio dan dan Culik Seorang Jurnalis, Aksi Taliban di Afghanistan Semakin Menjadi-jadi

Kemudian dia pergi ke provinsi Ghazni, di mana Taliban telah mengambil alih.

Dia mengatakan bahwa pelaporan tentang Taliban sangat menantang bagi jurnalis perempuan.

"Anda pada dasarnya tidak terlihat," katanya.

Baca Juga: Spyware Pegasus Rancangan Israel Retas 37 Ponsel Jurnalis, Aktivis, dan Eksekutif Bisnis di Dunia

"Mereka tidak melihat Anda. Mereka tidak menyapa Anda. Mereka tidak berbicara dengan Anda," tuturnya.

Dia menyampaikan jika berbicara dengan Taliban mungkin saja mereka membalasnya tetapi matanya tak terarah padanya.

Ward mengatakan bahwa warga pedesaan Afghanistan telah membuat apa yang dia sebut "tawar-menawar Faustian" dengan Taliban.

"Orang-orang lelah dan ketakutan, dan mereka hanya menginginkan perdamaian," katanya.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: NPR


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x