Madagaskar Dihantam Bencana Kelaparan, Warganya Terpaksa Makan Belalang dan Daun Liar demi Bertahan Hidup

- 4 September 2021, 06:30 WIB
Madagaskar alami kekeringan panjang selama empat tahun lamanya yang menyebabkan bencana kelaparan hingga warganya terpaksa makan belalang dan daun liar untuk bertahan hidup.
Madagaskar alami kekeringan panjang selama empat tahun lamanya yang menyebabkan bencana kelaparan hingga warganya terpaksa makan belalang dan daun liar untuk bertahan hidup. /Twitter/@PamMadagascar

PR BEKASI – Madagaskar telah mengalami kekeringan panjang selama hampir empat tahun lamanya.

Akibat kekeringan panjang tersebut, Madagaskar mengalami bencana kelaparan pertama di dunia yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Diketahui, saat ini mayoritas masyarakat di negara yang diyakini sebagai asal nenek moyang bangsa Indonesia tersebut terpaksa makan belalang dan daun liar untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Beredar Foto Kim Jong Un Nampak Lebih Kurus, Rumor Kesehatan hingga Kelaparan di Korea Utara Makin Mencuat

Madagaskar diketahui telah lama rentan terhadap bencana kekeringan dan banjir, tetapi kali ini, sekitar empat tahun kekeringan telah mendorong setidaknya 30.000 orang ke kelaparan tingkat lima yang dikhawatirkan bisa meningkat drastis.

Menurut organisasi Program Pangan Dunia (WFP), kelaparan tingkat lima merupakan tingkat kerawanan pangan tertinggi yang diakui secara internasional.

“Lebih dari 1.1 juta orang di Madagaskar mengalami beberapa bentuk kerawanan pangan yang parah dan membutuhkan bantuan pangan dan gizi yang mendesak,” kata PBB, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Jumat, 3 September 2021.

Baca Juga: Korban Gempa di Haiti Takut Akan Masa Depan Anak-anak: Mereka Kelaparan, Demam, dan Infeksi Ruam

Efek kekeringan juga telah menyebabkan kerugian pertanian hingga 60 persen di provinsi-provinsi yang paling padat penduduknya.

Sementara warga terpaksa makan belalang, daun liar, lumpur, dan buah kaktus untuk bertahan hidup,

PBB sendiri telah memperingatkan krisis kemanusiaan yang parah sedang terjadi di negara itu akibat perubahan iklim yang semakin parah.

Baca Juga: Viral Dua Kawanan Monyet 'Perang' di Tengah Jalan, Rebutan Makanan dan Segelas Yoghurt Diduga karena Kelaparan

Juru bicara WFP, Shelley Thakral mengatakan kekeringan memiliki efek bencana pada orang-orang, menambahkan bahwa ini adalah tahun keempat ketika petani harus menunggu panen.

“Ini adalah orang-orang yang hidup dari tanah, bertahan hidup dari tanah, dan terlantar karena kekeringan. Mereka kehilangan mata pencaharian, mereka harus menjual segalanya,” katanya

Ditambah lagi, situasi kekeringan tersebut diperparah oleh pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia yang membuat tidak adanya turis yang datang ke Madagaskar.

Baca Juga: Soal Masjid dan Pasar di PPKM Darurat, Gus Nadir: Salat Bisa di Rumah, Pasar Ditutup Ente Mau Mati Kelaparan?

“Sementara beberapa mencari tenaga kerja musiman dan pariwisata, belum ada turis yang datang ke negara itu selama 18 bulan terakhir,” katanya.

“Jadi ini adalah waktu yang sangat kritis bagi orang-orang di selatan, bagi masyarakat yang bergantung pada lahan kecil apapun yang mereka miliki, yang sayangnya mereka tidak menuai manfaat apa pun,” tambahnya.

Madagaskar menghasilkan 0.01 persen dari emisi karbon tahunan dunia, tetapi menderita beberapa efek terburuk akibat perubahan iklim dengan hujan yang tidak dapat diandalkan dan gagal panen.

Baca Juga: Kelaparan, Dua Anak di Mozambik Tewas Dipenggal saat Mencari Makanan

Sementara itu, direktur eksekutif WFP telah meminta dana untuk membantu meringankan penderitaan di Madagaskar.

“Jika kami mendapatkan dukungan yang kami butuhkan, dana yang kami butuhkan, kami dapat menghentikan penderitaan,” katanya.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah