Nasib Janda di Afghanistan di Bawah Kekuasaan Taliban, Diskriminasi dan Tak Boleh Hidup Mandiri

- 15 September 2021, 06:26 WIB
Pengakuan janda di Afghanistan yang mengalami diskriminasi dan terisolasi sejak negaranya dikuasai Taliban.
Pengakuan janda di Afghanistan yang mengalami diskriminasi dan terisolasi sejak negaranya dikuasai Taliban. /Reuters

 

PR BEKASI - Kelompok Taliban genap satu bulan telah mengambil kekuasaan pemerintahan Afghanistan pada hari ini, Rabu, 15 Agustus 2021.

Di bawah kekuasaan Taliban, sejumlah perempuan yang menjanda akibat perceraian mengalami diskriminasi dan terisolasi.

Sebagai informasi, perceraian dianggap hal yang tabu di masyarakat Afghanistan.

Perempuan yang menjanda akibat perceraian mengalami diskriminasi lantaran budaya yang konservatif dan patriarkis.

Baca Juga: Satu Bulan Taliban Berkuasa, PBB Ungkap 38 Juta Warga Afghanistan Rentan Alami Kemiskinan pada 2022

Adapun budaya yang konservatif tersebut berbunyi, "seorang perempuan meninggalkan rumah ayahnya dengan pakaian pengantin putih dan ia bisa kembali dengan kain kafan putih".

Dengan budaya tersebut, perempuan yang menjanda akibat perceraian akan dijauhi oleh lingkungan sosialnya.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian pada Rabu, 15 September 2021, dua orang janda Afghanistan menceritakan nasibnya dalam sesi wawancara.

Janda perempuan pertama Afghanistan yang diwawancarai bernama Roqia. Ia berusia 30 tahun.

Baca Juga: Sebulan Berkuasa di Afghanistan, Taliban Rahasiakan Kematian Dua Orang Petingginya ke Publik?

Roqia mengaku, ia bercerai dengan suaminya setelah menjalani bahtera rumah tangga selama 7 tahun sebelum Taliban berkuasa.

Akibat perceraian tersebut, keluarganya menolak kepulangan Roqia kembali ke rumah.

"Ibu saya dan kerabat lainnya menolak saya. Mereka mengatakan saya tidak mengindahkan nasihat tentang perceraian," tuturnya.

Menurut informasi, Roqia menghabiskan musim dingin di penampungan perempuan di Kabul.

Baca Juga: Hasilkan Rp28 Ribu Sehari, PBB Ungkap Anak Usia 5 Tahun di Afghanistan Akan Alami Gizi Buruk di Tahun 2022

Karena kesulitan menafkahi anaknya, Roqia harus memberikan hak asuh anaknya ke mantan suaminya.

Kemudian, janda perempuan kedua yang diwawancara adalah Tahira yang berasal dari kota Herat, Afghanistan.

Tahira mengaku, ia mendapat diskriminasi dari keluarganya lantaran bercerai dengan suaminya.

"Mereka tidak mau makan satu meja dengan saya dan tidak menyentuh makanan yang saya buat," ucapnya.

Baca Juga: Begini Nasib Afghanistan Setelah Sebulan Dikuasai Taliban, Jadi Sarang Teroris?

Dengan Taliban berkuasa, perempuan yang menjanda akibat perceraian akan semakin sulit menjalani hidupnya yang mandiri.

"Mereka tidak akan membiarkan kam menjalani kehidupan kami yang mandiri," katanya.

Selain itu, aturan Taliban juga membuat perempuan yang menjanda hidup terisolasi.

"Kami bahkan tidak akan bisa meninggalkan rumah karena kami tidak memiliki mahram (wali laki-laki)," ujarnya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x