Warga Palestina di Jalur Gaza Perlahan Diracuni oleh Air yang Tercemar Limbah

- 13 Oktober 2021, 10:53 WIB
 Krisis air di Jalur Gaza, Palestina memaksa warga membeli air swasta karena air keran kota terkena pencemaran dari limbah yang mempunyai kandungan racun tinggi.
Krisis air di Jalur Gaza, Palestina memaksa warga membeli air swasta karena air keran kota terkena pencemaran dari limbah yang mempunyai kandungan racun tinggi. /Anadolu Agency

 

PR BEKASI – Krisis air di Jalur Gaza, Palestina mempengaruhi setiap satu dari dua juta penduduk di daerah kantung pantai itu.

Banyak orang di Jalur Gaza harus membeli air minum mereka dari pemasok swasta karena air keran kota sering tidak berfungsi karena pemadaman listrik yang lama.

Tak hanya itu, rasa air keran kota juga biasanya terlalu asin untuk diminum karena sudah terkena pencemaran oleh bahan kimia berbahaya yang juga memiliki kandungan racun tinggi.

Sumber daya air yang sangat tercemar di jalur tersebut juga berdampak serius pada kesehatan masyarakat, dengan anak-anak, khususnya, menghadapi risiko penyakit yang ditularkan melalui air.

Baca Juga: Israel Hancurkan Pemakaman Muslim Tertua di Yerusalem, Warga Palestina Murka

Krisis air di Jalur Gaza telah memburuk selama beberapa dekade terakhir karena blokade Israel yang menghukum, pengurangan dana kemanusiaan, dan serangkaian serangan militer Israel ke wilayah Palestina tersebut.

Falesteen Abdelkarim dari kamp pengungsi Al-Shati mengatakan bahwa air di daerahnya tidak bisa diminum.

“Rasanya seperti berasal dari laut. Kami tidak bisa menggunakannya untuk minum, memasak, atau bahkan mandi,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Rabu, 13 Oktober 2021.

Abdelkarim mengatakan warga memiliki akses mendapatkan air keran kota hanya tiga kali seminggu.

Baca Juga: Israel Tolak Gagasan Angela Merkel untuk Perdamaian, Naftali Bennett: Palestina Negara Teroris

Tapi, kadang-kadang air itu bercampur dengan limbah karena infrastruktur yang rusak di kamp-kamp pengungsi tidak dapat menanganinya dengan baik.

“Hidup di kamp-kamp pengungsi sangat menyedihkan. Kami selalu membeli air minum dari pedagang kaki lima,” kata Abdelkarim.

Banyak pedagang air swasta di Jalur Gaza melakukan filterisasi untuk menghilangkan rasa asin di air dan menjualnya kepada orang-orang di sana.

Biaya rata-rata untuk 1.000 liter air swasta di Jalur Gaza adalah 30 shekel baru Israel atau senilai Rp132.000.

Baca Juga: Israel Izinkan Umat Yahudi Beribadah di Masjid Al Aqsa, Palestina Murka dan Ingatkan Pecahnya Perang

Muhammad Saleem dari lingkungan Al-Sheikh Redwan di Jalur Gaza utara, mengatakan upaya untuk menumbuhkan kebun di rumahnya telah gagal karena airnya terlalu tercemar.

“Semua tanaman saya mengering dan mati karena pencemaran air yang tinggi dan klorida yang tinggi,” katanya.

Saleem menambahkan bahwa tidak mungkin selama bertahun-tahun bagi dia dan keluarganya untuk menggunakan air keran kota untuk minum, memasak, atau kebutuhan lainnya.

“Jika tanaman mati karena air ini, bagaimana dengan tubuh manusia?,” katanya sembari bertanya.

Baca Juga: Nike Kabur dan Tidak Lagi Berjualan di Israel, Politik Apartheid Terhadap Palestina Diduga Jadi Alasan

Organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang situasi pencemaran air yang memburuk di Jalur Gaza.

Pada sesi ke-48 Dewan Hak Asasi Manusia PBB Senin, 11 Oktober 2021 lalu, Institut Global untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan, dan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengatakan air di Jalur Gaza tidak dapat diminum.

Mereka juga menambahkan bahwa air yang telah terkena pencemaran limbah tersebut perlahan dapat membunuh orang-orang Palestina di Jalur Gaza sebagai racun.

“Blokade Israel jangka panjang telah menyebabkan kerusakan serius keamanan air di Jalur Gaza, membuat 97 persen air terkena pencemaran,” kata sebuah pernyataan bersama.

“Warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung dipaksa untuk menyaksikan efek racun lambat dari anak-anak dan orang yang mereka cintai akibat mengkonsumsi air yang telah terkena pencemaran,” tambahnya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x