Dibangun di Atas Ratusan Bangkai Kapal, San Francisco Terancam Hancur Bila Dilanda Gempa Besar

- 19 Oktober 2021, 21:35 WIB
San Francisco terancam hancur bila gempa besar yang dihasilkan dari Patahan San Andreas melanda California karena kota tersebut dibangun di atas ratusan bangka kapal yang sangat rawan.
San Francisco terancam hancur bila gempa besar yang dihasilkan dari Patahan San Andreas melanda California karena kota tersebut dibangun di atas ratusan bangka kapal yang sangat rawan. /REUTERS/Robert Galbraith

 

PR BEKASI – Salah satu kota terpenting di Amerika Serikat (AS), San Francisco terancam hancur ke dalam tanah bila gempa bumi besar menghantam pantai barat AS.

Seperti diketahui, San Francisco merupakan salah satu kota di AS yang akrab diguncang gempa.

Hal tersebut dikarenakan letak San Francisco yang berada disebelah barat Patahan San Andreas yang memisahkan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.

Patahan ini memanjang sekitar 1.200 kilometer dan membelah California menjadi dua bagian lempeng.

Baca Juga: Terdeteksi Pesawat Militer, Kapal Selam India Gagal Serang Perairan Pakistan

Patahan San Andreas sendiri telah menyebabkan gempa bumi tahun 1906 dan 1989 yang menghancurkan California.

Dengan kekuatan 7.9 magnitudo, gempa 1906 menewaskan lebih dari 3.000 orang dan menghancurkan lebih dari 80 persen San Francisco.

Sementara itu, gempa Loma Prieta 1989, dengan kekuatan 6.9 magnitudo menyebabkan 63 orang kehilangan nyawa di sepanjang Pantai Tengah California dan 3.757 lainnya terluka.

Sebuah film dokumenter terbaru yang diproduksi Dicovery Channel menjelaskan resiko yang ditimbulkan gempa bumi besar jika melanda San Francisco.

Baca Juga: Korea Utara Uji Coba Rudal dari Kapal Selam, Korea Selatan, Jepang dan AS Langsung Gelar Pertemuan

Dalam flim dokumenter tersebut, sejarawan kelautan bernama Michael Tuttle mengatakan bahwa San Francisco dibangun di atas ratusan bangkai kapal karam.

"Saya pikir pada satu titik ada lebih dari 900 kapal yang baru saja ditinggalkan di pelabuhan San Francisco," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Selasa, 19 Oktober 2021.

Menurut dirinya, ratusan kapal tersebut sengaja ditenggelamkan dengan membiarkan air mengalir ke lambung kapal.

“Seringkali mereka diisi dengan batu atau sedimen. Mereka memiliki tumpukan besar yang didorong melalui mereka untuk menjaganya tetap di tempatnya,” kata seorang arkeolog maritim, Peter Campbell.

Baca Juga: Banyak Hilangkan Kapal dan Pesawat, Ahli: Segitiga Bermuda Tak Dapat Dijelaskan oleh Fisika

Area di antara kapal-kapal yang tenggelam tersebu menurutnya telah dipenuhi dengan sampah, kotoran, dan segala macam untuk menciptakan tanah.

Sekarang, 170 tahun kemudian, perahu-perahu ini adalah kerangka masa lalu kota dan fondasi dari salah satu pusat teknologi dunia.

Namun, San Francisco saat ini telah mendatangkan resikonya sendiri dan telah berkembang jauh melampaui batas alaminya.

Menurut arkeolog kelautan Rob Rondeau, tanah San Francisco yang dibangun diatas ratusan bangkai kapal tidak stabil sehingga dapat mengakibatkan longsor ke dalam tanah bila gempa bumi besar melanda California.

“Itu bukan tanah yang paling stabil dan yang juga menambah tantangan adalah ketika Anda tinggal di jalur patahan aktif seperti patahan Patahan San Andreas,” katanya.

Baca Juga: Jepang Ketar-ketir, 10 Kapal Angkatan Laut China dan Rusia Berlayar Bersama-sama

Hal ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada bangunan yang dibangun di atasnya, seperti yang disaksikan distrik Marina San Francisco selama gempa 1989.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada 2006 menemukan bahwa tingkat kerawanan yang cukup telah dicapai pada Patahan San Andreas untuk gempa berkekuatan lebih besar dari 7.0 magnitudo.

Resiko dari hasil studi tersebut menyimpulkan dapat meningkat lebih cepat dari yang diyakini sebelumnya.

Namun, dalam 15 tahun sejak diterbitkan, belum ada gempa yang bear yang melanda, meskipun kemampuan untuk memprediksi gempa besar masih sulit dipahami.

"Anda mulai berpikir tunggu, apakah ini akan bertahan di peristiwa gempa selanjutnya. Saya tidak ingin berada di sana untuk gempa besar berikutnya," kata sejarawan kelautan, Alexander Clarke.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x