PIKIRAN RAKYAT - Dampak dari virus corona yang menyebabkan kematian, kini Tiongkok harus menangani masalah tumpukan limbah sampah medis.
Dikutip oleh pikiranrakyat-bekasi.com dari South China Morning Post Mengenakan masker untuk mencegah virus corona telah menjadi bagian penting dalam upaya melakukan aktivitas sehari-hari.
Masker yang hendaknya dipakai satu kali pakai berpotensi jadi bencana ekologis.
Baca Juga: Berstatus Siaga 1, Pemerintahan Bekasi Keluarkan Surat Edaran Kewaspadaan Virus Corona
Cara menangani masker wajah yang dibuang, yang jumlahnya jutaan atau bahkan miliaran.
Hal ini yang membuat kepala berputar bagi pihak berwenang Tiongkok yang harus mengurusi antara serangan virus dan membatasi kerusakan ekonomi yang disebabkan olehnya.
Kemampuan pengolahan limbah medis negara yang tidak memadai juga mendapat sorotan, kata para pakar lingkungan.
Baca Juga: Akibat Banjir Februari Lalu, Warga Bekasi Masih Kesulitan Akses Air Bersih
Otoritas lingkungan dan kesehatan mengatakan masker dan alat pelindung lainnya, terutama barang yang digunakan oleh tenaga medis dan orang yang terinfeksi virus corona.
Limbah itu harus diperlakukan sebagai limbah klinis, dan disterilkan sebelum dibakar pada susuh tinggi di fasilitas khusus.
Walaupun sulit mendapatkan angka pasti tentang jumlah masker yang dibuang, dilaporkan bahwa volume limbah medis di Wuhan, kota tempat epidemi dimulai pada bulan Desember, telah meningkat empat kali lipat lebih dari 200 ton sehari minggu lalu, menurut laporan media Tiongkok.
Ketika permintaan untuk masker bedah melonjak di seluruh dunia, produsen Tiongkok memproduksi sekitar 116 juta per hari, peningkatan 12 kali lipat selama sebulan terakhir, menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional.
Dengan lebih dari 90 ribu orang di Tiongkok telah terinfeksi dan sedikitnya 3.200 orang terbunuh.
Krisis virus corona telah menyebabkan lonjakan drastis volume limbah medis. Sementara jumlah insinerator yang dimiliki Tiongkok untuk pengolahan limah medis tidak dipublikasikan. ***