24 Dokter Meninggal Akibat Virus Corona, Indonesia Hadapi Kritik Dunia

- 7 April 2020, 10:15 WIB
ILUSTRASI suasana tenaga medis dalam menangani pasien COVID-19.*
ILUSTRASI suasana tenaga medis dalam menangani pasien COVID-19.* //PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Kematian 24 dokter akibat Virus Corona atau COVID-19 menjadi kritik besar bagi pemerintah Indonesia dalam menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk tenaga medisnya.

Jumlah korban dokter itu merupakan penggandaan dari pekan lalu.

Beberapa organisasi internasional seperti Amnesty International memberikan kritik terhadap Indonesia mengenai angka tinggi tersebut.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Cara Membuat Tampilan Kamar Seperti Kamar Hotel

Dikutip dari Reuters oleh Pikiranrakyat-bekasi.com, perwakilan dari Amnesty International menyatakan bahwa tingginya angka kematian dokter merupakan refleksi dari sistem penanganan kesehatan Indonesia.

“Kematian pekerja medis bukan sekedar angka, namun sebuah peringatan untuk negara agar memperbaiki sistem kesehatan mereka di tengah situasi genting,” ujar salah satu perwakilan Amnesty International.

Para ahli kesehatan melihat bahwa tingginya persentase kematian di Indonesia adalah tanda bahwa wabah tersebut sebenarnya lebih besar daripada yang disajikan dalam data resmi.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Tips Tingkatkan Kecepatan Internet Saat WFH

Juru Bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Halik Malik menyatakan bahwa seharusnya tenaga kesehatan Indonesia dilindungi sekuat mungkin oleh pemerintah.

“Resiko infeksi pekerja medis selalu ada, namun intinya adalah pekerja medis harus selalu terlindungi dengan cara apa pun,” katanya.

Kurangnya APD bagi para petugas kesehatan di Indonesia bahkan menyebabkan beberapa di antaranya untuk menggunakan jas hujan sebagai penggantinya dan masker buatan sendiri.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Tips Belanja Makanan yang Efektif dan Sehat

Kurangnya APD terutama masker medis, terjadi akibat panic buying oleh masyarakat dan penimbunan masker oleh oknum tak bertanggung jawab.

Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa APD telah dibagikan ke berbagai daerah di Indonesia dan akan dipantau oleh pemerintah setempat hingga sampai ke rumah sakit yang membutuhkan.

Selain kekhawatiran atas kurangnya APD, sistem kesehatan Indonesia juga dihantui oleh lambatnya pengujian virus corona setiap harinya.

Baca Juga: Setelah 34 Tahun, Ledakan Kembali Terjadi di Chernobyl dan Bakar Lahan hingga 250 Hektar

Kontroversi sistem kesehatan Indonesia di mata dunia sudah mulai muncul ketika sebuah studi tentang prediksi penyebaran virus Corona di Indonesia dari Harvard didebat oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Penelitian tersebut berisi tentang dugaan Prof. Marc Lipsitch yang menyatakan bahwa virus corona seharusnya sudah masuk ke Indonesia sejak Bulan Februari.

Terawan lalu meminta Lipsitch untuk membuktikan perkataannya dengan mendatangi langsung laboratorium kesehatan Indonesia yang sudah diakui oleh WHO.

Baca Juga: Ibunda Pep Guardiola Meninggal Dunia, Sejumlah Klub Ucapkan Rasa Belasungkawa

Pada data yang ditampilkan oleh situs berita Antara, pemerintah mengonfirmasi 218 kasus baru virus corona pada hari Senin, 6 April 2020 lalu.

Jumlah itu menjadi kasus harian terbesar di Indonesia hingga saat ini.

Jumlah total kasus virus corona di Indonesia hingga hari Senin mencapai 2.491 kasus dengan 209 korban jiwa.

Baca Juga: Presiden FIGC: Serie A Akan Dilanjutkan, Jika Tidak Banyak Gugatan Hukum

Berita baiknya, 192 pasien COVID-19 telah sembuh.

Jumlah kematian yang lebih besar daripada jumlah kesembuhan menunjukkan kurangnya keseriusan pemerintah Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x