Takut Diserang Junta Militer, Warga Sipil Myanmar Kabur Mengungsi ke Gunung dan Hutan

- 3 Februari 2022, 17:47 WIB
Ilustrasi. Warga sipil Myanmar mengungsi ke pegunungan dan hutan setelah junta militer melakukan serangan secara membabi buta di seluruh negeri.
Ilustrasi. Warga sipil Myanmar mengungsi ke pegunungan dan hutan setelah junta militer melakukan serangan secara membabi buta di seluruh negeri. /Karen Women's Organization/Handout via REUTERS

PR BEKASI – Para warga sipil di Myanmar dilaporkan kabur mengungsi ke pegunungan dan hutan setelah peningkatan serangan yang dilakukan oleh rezim junta militer.

Diketahui, junta militer Myanmar telah menargetkan seluruh warga sipil secara membabi buta lewat serangan udara, tembakan artileri, penembakan acak, serta pembakaran rumah.

Hal tersebut dilakukan untuk menyasar anggota kelompok bersenjata pro-demokrasi di seluruh Myanmar yang tumbuh pesat sejak kudeta.

Kudeta itu terjadi terhadap Pemerintah Myanmar sebelumnya yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 lalu.

Baca Juga: Tri Suaka Tanggapi Konser Viralnya di Subang: Gak Usah Digoreng-goreng Terus

Akibat serangan membabi buta pasukan junta militer tersebut, sebanyak 300.000 warga sipil di Myanmar dilaporkan telah pergi mengungsi dari rumahnya sejak kudeta terjadi.

Salah satu negara bagian terparah yang mengalami konflik tersebut adalah Karenni.

Sebelumnya, wilayah yang terletak di dekat perbatasan Thailand tersebut belum pernah mengalami konflik bersenjata parah seperti ini dalam sedekade terakhir.

Serangan pasukan junta militer yang terus membabi buta di wilayah tersebut menyebabkan 150.000 orang mengungsi di seluruh negara bagian.

Baca Juga: Pengacara Minta Pihak Luar Tak Campuri Masalah Doddy Sudrajat dan Haji Faisal: Supaya Masalah Bisa Tuntas

Berdasarkan laporan dari Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni, jumlah tersebut sama dengan setengah populasi negara bagian tersebut.

Sebagian dari mereka dikabarkan mengungsi ke pegunungan dan hutan yang diketahui memiliki medan yang berat.

Diketahui, mereka sengaja mengungsi ke tempat yang susah diakses untuk menghindari serangan pasukan junta militer Myanmar.

Pengungsi juga saat ini sedang mengalami kekurangan persediaan pangan dan obat-obatan karena tidak berani kembali ke desa mereka.

Baca Juga: Gala Sky Dipindahkan dari Rumah Mendiang Bibi dan Vanessa, Haji Faisal: Dibilang Memanfaatkan

“Warga sipil yang turun ke desa untuk mengambil makanan dan perbekalan lainnya telah dibunuh oleh pasukan junta militer.

"Banyak pengungsi yang jatuh sakit dan kelaparan akibat hal tersebut,” kata seorang pengungsi yang identitasnya dirahasiakan.

Tak sampai di situ, pasukan junta militer juga telah memblokir bantuan untuk para pengungsi warga sipil serta mereka juga menyerang aktivis kemanusiaan.

Hal tersebut menyebabkan persediaan kebutuhan bagi para pengungsi, khususnya makanan dan obat-obatan, semakin menipis.

Baca Juga: Okky Madasari Nilai Ceramah Oki Setiana Dewi Bisa Menjadi Justifikasi KDRT: Ini Salah, Berbahaya

“Kami di sini sangat membutuhkan makanan pokok, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan,” kata seorang perawat di pengungsian.

“Saat ini perawatan medis hanya tersedia untuk penyakit ringan dan ada kekurangan obat-obatan,” tambahnya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian, Kamis, 3 Februari 2022.

Diketahui, situasi di Myanmar semakin memanas sejak junta militer kembali merebut kekuasaan.

Akibat hal tersebut, saat ini Myanmar terancam menghadapi perang saudara besar-besaran di seluruh negeri yang dapat membuat negara tersebut bubar.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x