Virus Corona Belum Usai, Amerika Latin Kewalahan Hadapi Virus Lain yang Ikut Mewabah

- 13 Mei 2020, 09:34 WIB
TENAGA kesehatan di Paraguay melakukan fooging di San Lorenzo National School, Paraguay.*
TENAGA kesehatan di Paraguay melakukan fooging di San Lorenzo National School, Paraguay.* /Jogre Adorno/Reuters/

PIKIRAN RAKYAT - Saat virus corona atau Covid-19 yang telah membunuh ribuan orang itu mendominasi perhatian pemerintah di seluruh Amerika Latin, infeksi virus mematikan lainnya diam-diam mengintai wilayah tersebut.

Dilansir Pikiranrakyat-bekasi.com dari Aljazeera, virus dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah telah menjadi endemik di sebagian besar Amerika Latin.

Tetapi saat ini para pejabat setempat mengakui bahwa penyebaran virus corona yang ditemukan pertama kali di Wuhan, Tiongkok itu lebih menarik perhatian dan memangkas sumber daya medis di sana.

Di seluruh dunia, virus corona telah mempengaruhi eksistensi penyakit lain dengan berbagai cara.

Baca Juga: Asteroid Sebesar Bus Sekolah Akan Dekati Bumi Malam Ini, NASA: Termasuk Berbahaya 

Di Eropa virus corona telah menghilangkan kewaspadaan atas flu musiman dan di Afrika penutupan perbatasan akibat virus corona bahkan telah menghentikan pasokan vaksin campak dan persediaan lain.

Menurut data dari Pan-American Health Organization (PAHO), di Amerika Latin wabah demam berdarah yang dimulai pada akhir 2018 masih dirasakan. Infeksi Dengue di Amerika melonjak ke rekor tertinggi yakni 3,1 juta kasus pada tahun 2019, dengan lebih dari 1.500 kasus kematian.

Menurut prediksi PAHO, kasus penyakit demam berdarah harusnya mulai menurun pada paruh kedua tahun ini.

Virus dengue disebarkan oleh nyamuk, wabah demam berdarah ini biasanya terjadi tiga sampai lima tahun setelah epidemi sebelumnya.

Baca Juga: Asteroid Sebesar Bus Sekolah Akan Dekati Bumi Malam Ini, NASA: Termasuk Berbahaya 

Amerika Latin memiliki empat jenis demam berdarah yang beredar di masyarakat sehingga seseorang mungkin terinfeksi lebih dari satu kali, biasanya infeksi yang kedua akan berdampak lebih parah pada tubuh.

"Covid-19 adalah bintang saat ini. Jadi semua perhatian diberikan pada Covid-19, tetapi masih ada masalah dengan demam berdarah," kata Dr Jaime Gomez, tenaga medis di rumah sakit di Floridablanca, Provinsi Santander Kolombia.

Meskipun demam berdarah biasanya tidak berakibat fatal dan dapat diobati dengan obat penghilang rasa sakit, beberapa penderita menghadapi gejala persisten seperti kelelahan, penurunan berat badan, dan depresi yang memengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja.

Sementara itu kasus demam berdarah yang parah diobati dengan cairan intravena dan mereka yang tidak dites berisiko mengalami komplikasi berbahaya.

Baca Juga: Jadwal dan Soal Program Belajar dari Rumah TVRI, Rabu 13 Mei 2020 

Intervensi medis semacam itu tidak dapat diberikan jika pasien tinggal di rumah, khawatir tertular virus corona, atau jika rumah sakit yang terlalu padat harus menolaknya.

Gomez mengatakan bahwa kliniknya mengalami penurunan pasien hingga setengahnya sejak virus corona melanda dunia sebab masyarakat takut untuk keluar rumah apalagi pergi ke fasilitas kesehatan, padahal wilayahnya hanya memiliki sedikit kasus virus corona.

Pengacara Paraguay Sonia Fernandez dan kedua putrinya berusia 11 dan delapan mengaku tidak berkenan pergi memeriksakan diri ke rumah sakit saat April 2020 lalu mereka terinfeksi virus dengue.

"Kami bertiga menderita demam berdarah, kami memiliki semua gejala, rasa sakit, ruam, tetapi kami tidak pergi ke klinik atau pusat kesehatan agar tidak membahayakan diri sendiri (terkait Covid-19," kata Fernandez.

Baca Juga: Kabar Baik, WHO Klaim Ada 7-8 Kandidat Vaksin Virus Corona yang Dipercepat Pengembangannya 

Kabar terbaru mengatakan bahwa kini ketiganya telah pulih dari demam berdarah.

Kasus-kasus demam berdarah di Paraguay telah meledak tahun ini. Dalam 18 minggu pertama tahun 2020, negara itu melaporkan 42.710 kasus dengan rincian 64 kematian. Kasus ini terbilang meningkat dari periode sebelumnya yang hanya mengonfirmasi 384 kasus dengan enam kematian.

Di Ekuador, di mana pandemi virus corona telah mewabah dengan liar bahkan rumah sakit di kota terbesar Guayaquil ikut kewalahan, juga mengonfirmasi ratusan kasus demam berdarah.

Menurut kementerian kesehatan Ekuador, kasus demam berdarah memuncak yakni ada 888 kasus pada 14 Maret 2020, dua minggu setelah negara itu mengonfirmasi kasus virus corona pertamanya.

Baca Juga: Lakukan Ilegal Fishing, Kapal Ikan Filipina Ditangkap di Laut Sulawesi 

"Sangat jelas dengue sedang dilaporkan," kata Esteban Ortiz, seorang peneliti kesehatan global di Quito's University of the Americas.

"Kasus belum berkurang, diagnosis kasus telah menurun, yang mengonfirmasi sistem telah benar-benar runtuh," tutur dia.

Demam berdarah juga melonjak tajam di Amerika Tengah. Hingga 1 Mei 2020 Kasus di Kosta Rika hampir tiga kali lipat hingga dibanding dengan kasus tahun lalu, yakni ada lebih dari 2.000 orang yang terinfeksi virus dengue.

"Kami sedang mengalami saat yang sulit berurusan dengan Covid-19 tetapi sayangnya penyakit lain melanjutkan siklus mereka," ucap Rodrigo Marin, direktur badan pengawasan kesehatan Kosta Rika.

Baca Juga: Warga India Dikagetkan Penampakan Ular Besar yang Masuk Mesin ATM 

Sementara di Panama, di mana demam berdarah telah menyebabkan setidaknya dua kematian tahun ini, pejabat kesehatan Panama City Yamileth Lopez juga membunyikan 'alarm' dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters.

"Demam berdarah juga membunuh," kata dia.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x