Pemanasan Global Kian Parah, El Nino Purba Dapat Bangkit Kembali dan Berikan Dampak ke Indonesia

- 13 Mei 2020, 15:00 WIB
API berkobar dari kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu, 28 Juli 2019. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2019 luasnya lebih dari 27 ribu hektare, dan kini masih terus meluas di Kabupaten Pelalawan dan Siak.*/ANTARA
API berkobar dari kebakaran lahan gambut di Desa Penarikan Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu, 28 Juli 2019. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran hutan dan lahan hingga Juli 2019 luasnya lebih dari 27 ribu hektare, dan kini masih terus meluas di Kabupaten Pelalawan dan Siak.*/ANTARA /

PIKIRAN RAKYAT - Bencana seperti kebakaran hutan di Australia pada tahun 2019 dapat kembali terulang dengan intensitas cukup intens.

Hal itu akan terjadi jika pemanasan global memicu bangkitnya pola iklim kuno mirip El Nino di Samudera Hindia.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari situs Metro.co.uk Rabu, 13 Mei 2020 para ilmuwan mengatakan bahwa pemanasan iklim saat ini tengah berjalan, dan kondisi mirip El Nino dapat muncul pada tahun 2050 di Samudera Hindia.

Baca Juga: Adanya Kekhawatiran Gelombang Kedua Virus Corona, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah Dibuka Bervariasi

El Nino adalah fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur. El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global.

Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut.

Sedangkan di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.

Baca Juga: Cek Fakta: Tersiar Kabar Hacker Masuk ke WhatsApp untuk Pasang Video Pornografi, Simak Faktanya

"Penelitian kami menunjukkan naik dan turunnya suhu global rata-rata hanya beberapa derajat yang memicu Samudera Hindia menciptakan El Nino-nya sendiri," kata Dr Pedro DiNezio dari University of Texas.

Pola jungkat-jungkit perubahan suhu ini sangat mirip dengan El Nino di Samudra Pasifik, yang kini terjadi di Samudra Hindia.

Bahkan, studi baru mengungkapkan jika ini terjadi, El Nino Samudera Hindia dapat menimbulkan daya hancur yang lebih kuat dari El Nino Samudera Pasifik.

Baca Juga: Tak Hanya di Bandung, Kasus Daging Babi Akan Ditelusuri di Solo

Kaustubh Thirumalai, salah satu rekan Dr Pedro dari University of Arizona, mengatakan bahwa "Pergerakan iklim di Samudera Hindia sedang dalam keadaan tidak biasa," ujarnya.

Hasil dari penemuan itu menunjukkan pemanasan global dapat membalikkan arah angin ini, mengacaukan arus lautan, dan mengubah iklim menjadi ayunan pemanasan dan pendinginan yang mirip dengan fenomena iklim El Niño dan La Niña.

Ahli kelautan Michael Mcphaden menjelaskan bahwa apabila emisi gas rumah kaca masih terjadi pada akhir abad ini, peristiwa El Nino akan melanda negara-negara di sekitar Samudra Hindia.

Baca Juga: Saingi Zoom, WhatsApp Beri Kejutan dalam Waktu Dekat Adanya Fitur Video Call 50 Orang Sekaligus

Seperti Indonesia, Australia dan Afrika Timur dengan intensitas yang semakin meningkat.

"Banyak negara berkembang di kawasan ini berisiko tinggi terhadap iklim ekstrem semacam ini." tuturnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Metro


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah