Kisah Relawan Terjebak 2 Bulan di Pulau Terpencil Akibat Lockdown dan Bangun Rumah dari Sampah

- 17 Mei 2020, 15:00 WIB
Lima relawan terumbu karang terjebak di Pulau Kyun Pila, Myanmar selama dua bulan akibat lockdown
Lima relawan terumbu karang terjebak di Pulau Kyun Pila, Myanmar selama dua bulan akibat lockdown /Mirror

PIKIRAN RAKYAT - Saat pendemi Virus Corona merebak, banyak kisah dari orang-orang terdampar atau terjebak di suatu tempat yang diakibatkan karena lockdown di wilayah tersebut.

Kali ini kisah dari seorang wanita Inggris bernama Natalie Poole dan rekan-rekannya sesama relawan terumbu karang yang terjebak di sebuah pulau terpencil di Myanmar.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-bekasi.com dari New York Post, kisah itu bermula saat para relawan asal Inggris, Kanada, Hungaria, Prancis, dan Malaysia ini bertolak ke Pulau Kyun Pila, yang terletak di antara Myanmar dan Thailand. Kelima sukarelawan itu berasal dari kelompok Ocean Quest Global.

Baca Juga: Kehadiran Spiderman di Indonesia Jadi Sorotan Media Asing, Meminta Warga untuk di Rumah Saja

Rombongan itu tiba di pulau terpencil pada 19 Maret 2020, untuk bekerja selama satu bulan ke depan untuk membantu melindungi terumbu karang.

Salah seorang sukarelawan, Natalie Poole, asal Kota Devon, Inggris, menuturkan kisahnya selama berada di pulau itu.

Kapal satu-satunya yang sedianya hendak menjemput mereka kembali, tak dapat berlayar karena Myanmar dan Thailand memberlakukan lockdown.

Baca Juga: Cek Fakta: Dikabarkan WHO Resmi Nyatakan Virus Corona Dapat Menyebar Melalui Udara, Simak Faktanya

Dengan demikian, Natalie bersama keempat rekannya terpaksa harus bertahan hidup di pulau tersebut selama dua bulan dengan persediaan makanan yang sangat terbatas.

Wanita berusia 35 tahun itu menuturkan bahwa selama hidup di pulau itu, mereka terpaksa memanfaatkan segala cara agar dapat bertahan hidup, salah satunya adalah dengan mengumpulkan sampah plastik dan bambu untuk membangun tenda.

Selain itu, mereka juga menggali sumur, membuat tempat api unggun, dan tempat untuk mencuci dengan alat seadanya. Mereka juga harus hidup berdampingan dengan hewan-hewan liar.

Baca Juga: Sekolah Diliburkan, Konsultasi Kehamilan Remaja di Jepang Justru Meningkat Selama Pandemi

Sebagai makanan, mereka hanya bertahan dengan mengonsumsi ubi jalar, nangka, serta sejumlah sayuran yang ada di hutan.

Kelima orang yang terdiri dari tiga pria dan dua wanita itu mengaku seringkali kelaparan jika tak menemukan makanan di hutan.

“Kami harus sadar sebanyak apa kami harus makan. Kami hanya mengonsumsi makanan dasar dan harus menghematnya agar mampu bertahan,” ujar Natalie.

Baca Juga: Kasus Pertama Kalinya, Anjing Bulldog Positif Virus Corona

Beruntung, ada sebuah vila terdekat yang dapat ditempuh selama 15 menit dengan berlayar. Di sana mereka dapat menggunakan air bersih, kabin portabel, serta WiFi.

Natalie sendiri mendapat julukan Sampah Tupai karena menghabiskan hari-harinya menyisir pantai untuk mencari sampah yang kemudian dapat digunakan untuk membangun struktur yang mereka sebut rumah.

Meski dipenuhi pikiran tentang kapan mereka bisa keluar dari pulau terpencil dan bisa kembali ke rumah mereka, namun Natalie dan rekan-rekannya sekarang harus melakukan apa yang mereka bisa untuk bertahan hidup.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x