Tak Terima PBB Perlakukan Pakistan Layaknya Budak, Imran Khan: Kami Berteman dengan Rusia

- 7 Maret 2022, 19:24 WIB
Ilustrasi. Pakistan kukuh bela Rusia.
Ilustrasi. Pakistan kukuh bela Rusia. /Kolase Pixabay/OpenClipart-Vectors/

PR BEKASI - Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan memberikan kecaman kepada diplomat asing yang menekan Pakistan untuk bergabung dalam resolusi PBB.

Imran Khan diminta untuk mengutuk tindakan Rusia yang melancarkan invasi ke Ukraina, membuatnya menyebut para utusan PBB memperlakukan Pakistan seperti budak.

Pada rapat umum yang diadakan Minggu, 6 Maret 2022, Imran Khan membalas surat 1 Maret dari diplomat yang mewakili 22 misi, termasuk di dalamnya negara Uni Eropa, Jepang, Australia, dan Kanada.

Para diplomat ini meminta Pakistan dapat membatalkan netralitasnya dan bergabung dengan mereka untuk mengutuk Rusia.

Baca Juga: Cek Fakta, Jokowi Dikabarkan Kunjungi Putri Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, Simak Fakta Sebenarnya

“Apa pendapatmu tentang kami? Apakah kami budakmu... apa pun yang kamu katakan, kami akan melakukannya?" ujar Imran Khan, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari RT.

Dia pun menanyakan pada mereka apakah akan menuliskan surat yang sama ke India, yang juga tetap bersikap netral atas kasus Rusia-Ukraina.

Imran Khan mengklaim kalau Pakistan telah menderita karena sebelumnya mendukung aksi militer NATO di Afghanistan.

Baca Juga: Rahasia One Piece 1043, Buah Iblis Ketiga Kurohige Terungkap, Ternyata Zoan Terkuat di Dunia

“Kami berteman dengan Rusia, dan kami juga berteman dengan Amerika; kami berteman dengan Cina dan Eropa; kita tidak berada di kamp mana pun," katanya.

Pakistan, bersama dengan 34 negara lainnya, memilih untuk tetap abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Tetangga Pakistan seperti India, Bangladesh, Cina, Iran, Sri Lanka, Tajikistan, Kirgistan, dan Kazakhstan juga memilih untuk abstain.

Rusia menyatakan bahwa serangan yang dilancarkan ke Ukraina dengan tujuan demiliterisasi dan denazifikasi.

Selain itu, mereka menyebut serangan itu hanya satu-satunya jalan yang tersisa untuk melindungi rakyat Ukraina timur setelah bertahun-tahun blokade melelahkan yang merenggut ribuan nyawa.

Kiev menegaskan serangan itu tidak beralasan, dengan mengatakan pihaknya tidak memiliki rencana untuk merebut kembali republik Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri dengan paksa.***

 

Editor: Gita Pratiwi

Sumber: RT


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah